Sosok Guy Kawasaki merupakan salah satu panutan dalam dunia bisnis. Kiprahnya dalam membantu beragam brand ternama seperti Apple, mendapatkan pengakuan dari beragam dunia internasional. Ketika tampil dalam ajang AdAsia Bali 2017, Guy memberikan beberapa pandangannya terkait dengan inovasi.
Salah satu idenya tentang inovasi adalah menantang para inovator untuk tidak bertanya kepada calon konsumennya. Padahal, ketika ingin menciptakan sebuah produk, lazimnya sebuah brand akan melakukan riset dan mendengarkan apa yang diinginkan oleh konsumennya.
“Sebanyak 99 dari 100 startup gagal. Padahal mereka semua bertanya pendapat kepada calon konsumen apa yang mereka inginkan, tapi bukan berarti mereka sukses. Hal yang bisa dilakukan oleh startup adalah membangun sebuah produk yang ingin digunakan dan berharap mereka bukan satu-satunya orang yang merasa produk mereka bisa digunakan,” ujar Guy Kawasaki di Nusa Dua, Rabu (8/11/2017).
Ia mengatakan hal tersebut telah dilakukan oleh Steve Jobs dan Steve Wozniak ketika mereka berdua mendirikan Apple. Selain tidak bertanya kepada calon konsumennya, mereka juga bersikap masa bodoh dengan orang-orang yang meragukan konsep dari komputer Apple pada masa awal.
Bahkan, kala itu seorang pengusaha komputer dan investor bernama Ken Olson menilai bahwa komputer rumahan tidak memiliki masa depan. Padahal hal yang diinginkan oleh duo Apple kala itu adalah membuat komputer yang lebih kecil, cepat, dan murah. Dengan demikian, komputer tersebut bisa dinikmati oleh banyak kalangan.
Bagi Guy, inovasi akan melahirkan dua kubu, yakni orang yang mencintai inovasi dan atau yang justru membenci inovasi tersebut. Hal ini bisa dilihat dengan hadirnya inovasi seperti Uber dan Go-Jek. Menurutnya, hal membenci dan menyukai sebuah inovasi adalah hal yang wajar. Namun, akan menjadi mengerikan apabila orang tidak peduli dengan inovasi yang diciptakannya.
Ia juga menilai bahwa seorang inovator harus bisa melihat ke depan dan selalu siap menyambut era baru. Ia mencontohkan kasus sebuah peta. Awalnya, peta hanya berupa kertas biasa. Kemudian muncul peta digital. Hal ini lantas berubah ketika Waze hadir. Tidak hanya menunjukan lokasi, melalui fitur sharing informasi, Waze juga bisa menunjukkan jalur tercepat serta terefektif untuk menujuk ke satu lokasi.
“Mulai mengubah pikiran dan terbuka pada perubahan. Jangan hanya membuat produk yang unik saja atau valuable saja. Buatlah kombinasi produk yang unik dan berharga,” pungkasnya.
Editor: Sigit Kurniawan