Industri farmasi termasuk dalam kategori windfall alias tumbuh selama pandemi. Namun begitu, para pelaku di industri ini tetap wajib melakukan inovasi dan menggali kebutuhan konsumen, terutama pascapandemi.
Pandemi COVID-19 yang merebak selama dua tahun ini telah meluluhlantakkan dunia usaha. Di awal menyebarnya wabah, semua bisnis mengalami kontraksi yang cukup dalam, bahkan, tak jarang menyebabkan perusahaan gulung tikar. Kendati demikian, ada beberapa industri yang mengalami pertumbuhan, seperti industri digital dan farmasi.
Adanya pembatasan-pembatasan yang dilakukan pemerintah untuk memutus mata rantai penyebaran virus membuat seluruh aktivitas masyarakat terpaksa beralih ke dunia maya. Sedangkan industri farmasi tetap berdiri kokoh lantaran adanya permintaan obat yang melonjak selama krisis kesehatan tersebut.
PT Kimia Farma Tbk. (Kimia Farma) termasuk pemain di industri farmasi yang memperoleh durian runtuh selama pandemi. Hingga kuartal 3-2021, Kimia Farma mampu mencatatkan pertumbuhan lebih dari 36%. Imam Fathorrahman, Direktur Pemasaran dan Komersial Kimia Farma merupakan salah satu sosok kunci di balik kesuksesan perusahaan pelat merah itu dalam meningkatkan pertumbuhan.
Menurut Imam, pencapaian tersebut didapatkan dengan kerja keras dan inovasi tanpa henti. Terutama, di awal-awal merebaknya wabah akibat adanya kebijakan karantina wilayah atau lockdown dari negara penghasil bahan baku. Padahal, hingga sekarang tingkat ketergantungan bahan baku obat dari luar negeri mencapai 90%. Di tengah adanyahambatan distribusi bahan baku, Imam tetap bekerja keras mencapai target yang telah ditetapkan.
“Kinerja Kimia Farma pada sisi penjualan produk tumbuh lebih dari 25%. Hasil ini cukup signifikan dan sudah diprediksi sebelumnya. Memang, ada beberapa strategi yang terus diupayakan dan dipergunakan sampai dengan akhir tahun. Kami yakin bisa tumbuh lebih dari itu, mudah-mudahan lebih dari 30%,” kata Imam.
Imam menyebut, target 30% yang ditetapkan sangat realistis di tengah adanya lonjakan permintaan saat wabah. Sebab, peta persaingan industri farmasi begitu ketat. Hampir seluruh pemain obat mengalami pertumbuhan. Sehingga, dibutuhkan strategi yang jitu untuk bisa menguasai market share obat di Tanah Air.
Dia mengatakan, untuk bisa memenangkan persaingan bisnis diperlukan market intelligence yang baik dalam memasok obat-obatan yang dibutuhkan masyarakat. Selain itu, kecepatan dalam distribusi menjadi penentu kemenangan persaingan industri ini.
“Ketersediaan obat kami cukup akurat dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. Kami merasa cukup puas karena bisa membantu orang mendapatkan obat. Sejauh ini kami tidak sampai mengalami kekosongan produk,” kata Imam.
Kimia Farma juga melakukan gebrakan dengan melakukan penjualan secara online pada mitra-mitra apotek di seluruh Indonesia. Platform penjualan online ini yang dibangun pada tahun 2018, lalu resmi meluncur setahun setelahnya. Meski dibangun dalam waktu singkat, Imam menyatakan platform digital ini mampu berjalan dengan baik. Setelah menjual obat secara daring, diharapkan dapat menambah kontribusi kinerja bisnis Kimia Farma naik di atas 10%.
“Secara korporasi kami melakukan pengembangan pada strategi-strategi yang sudah ada. Kemudian, menerapkan cara baru yang sesuai dengan situasi pandemi. Jadi, kami juga melakukan beberapa persiapan, antisipasi, dan upaya untuk memenuhi ekspektasi dari kebutuhan masyarakat di bidang kesehatan,” ujarnya.
Lebih lanjut, Imam menjelaskan, semua jenis produk yang bersifat preventif, kuratif, dan medical support laris sepanjang tahun 2021. Produk preventif yang berguna untuk meningkatkan daya tahan tubuh, seperti Fituno dan vitamin lainnya. Lalu, produk kuratif adalah obat yang direkomendasikan untuk terapi COVID-19, seperti Favipiravir dan Remdesivir. Impor bahan baku untuk produk ini sempat terhambat karena negara-negara yang menyediakannya melakukan lockdown.
“Sekarang, kami sedang melakukan produksi sendiri. Jadi, pandemi mengajarkan banyak hal dan lebih agresif, lebih cepat, dan kami berkomitmen mengimplementasikan core value AKHLAK di lingkungan BUMN farmasi,” ujarnya.