Integrasi Pasar ASEAN Berpotensi Kembangkan Industri Asuransi

marketeers article

ASEAN menjadi salah satu kawasan yang paling dilirik para investor untuk menanamkan modal. Hal ini lantaran masyarakat kelas menengah di wilayah ini terus berkembang. Di sisi lain, pasarnya pun sangat besar, kurang lebih 630 juta orang atau sekitar 9% penduduk dunia.

Kekuatan ekonomi dari ASEAN pun terbesar ketiga di Asia, setelah Tiongkok dan India. Total PDB gabungan dari negara-negara ASEAN mencapai US$ 2,64 triliun, hitungan tahun 2014. Di dunia, kekuatan ekonomi ASEAN berada di nomor tujuh. Semua potensi tersebut membuat peluang besar bagi industri asuransi untuk berkembang. Tidak hanya berkembang, industri asuransi pun berpeluang untuk lebih berperan dalam pembangunan ekonomi kawasan.

Ada sekitar 500 perusahaan asuransi di kawasan ini. Selama periode tahun 2009 hingga 2014, industri asuransi di kawasan ini mengalami pertumbuhan premi dua kali lipat, menjadi US$ 85 miliar. Pertumbuhan ini justru terjadi di tengah penetrasi asuransi yang cenderung rendah yaitu 3,5% populasi atau kurang dari separuh dari penetrasi asuransi di Eropa dan Amerika Serikat yang mencapai 8%.

Para pelaku di industri ini melihat bahwa Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) bisa mempercepat pertumbuhan industri asuransi.  Perkembangan industri akan semakin semakin pesat jika integrasi pasar asuransi kawasan bisa terwujud bersama-sama dengan implementasi MEA.  “Agar industri asuransi bisa berkembang dan memberi kontribusi lebih kepada perekonomian, pasar tunggal asuransi harus terwujud dan integrasi ekonomi ASEAN harus dioptimalkan,” kata Evelina Pietruschka, Sekretaris Jenderal ASEAN Insurance Council (AIC), di Jakarta.

Dalam waktu dekat ini, tanggal 23 November,  AIC akan menggelar konferensi yang kedua di Yogyakarta. Konferensi Asuransi ASEAN ke-2 dapat memainkan peran penting dalam mendorong integrasi pasar asuransi sekaligus memacu reformasi asuransi di seluruh kawasan. Dalam konferensi ini juga akan dibahas bagaimana asuransi bisa lebih berperan dalam pembangunan.

Premi asuransi jiwa ASEAN pada 2015 mencapai US$ 65 miliar, potensi dana jangka panjang yang dapat dimanfaatkan untuk membiayai proyek infrastruktur. “Investor jangka panjang seperti asuransi dan dana pensiun memainkan peran penting dalam pengembangan pasar modal dan proyek pembiayaan infrastruktur. Industri asuransi jiwa bisa menginvestasikan sebagian dananya ke dalam obligasi infrastruktur,” kata Hendrisman Rahim, Ketua Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI).

    Related