Untuk memperkuat visi Indonesia menjadi kekuatan ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara setidaknya dibutuhkan sinergi antara perusahaan-perusahaan di Indonesia, baik perusahaan milik negara, swasta, dan pelaku startup. Hal ini disampaikan oleh Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara ketika menyaksikan penandatanganan kerja sama antara Go-Jek dan Astra International.
Bagi Rudiantara, untuk menjadi kekuatan ekonomi digital, unsur-unsur tersebut tidak bisa berjalan sendiri-sendiri. “Future adalah digital space. Industri harus saling berkonsolidasi untuk memajukan ekonomi digital, tidak bisa jalan sendiri-sendiri” kata Rudiantara di Jakarta.
Rudiantara mencoba semua kalangan untuk mendorong ekonomi digital kuat di ASEAN. Dengan begitu Asia Tenggara telah menjadi kuat ketika arus kemajuan teknologi digital akan masuk ke ASEAN. Baginya, saat ini fokus pemerintah bukan lagi pada permasalahan regulatory.
“Jangan sampai masuk ke area yang dipersulit. Kita dorong untuk besar dulu, nanti baru di tata,” ujar Rudiantara. Ia berharap pola pikir mengenai bisnis dapat diubah dengan memanfaatkan teknologi digital. Sehingga Indonesia mampu mampu menjadi leader di ASEAN dengan sektor ekonomi digital.
Pada momentum yang sama, Astra International menanamkan dana segarnya kepada salah satu unicorn startup asal Indonesia, Go-Jek. Astra International menyuntikkan modal sebesar US$150 juta (sekitar Rp2 triliun). Penanaman modal ini menjadi investasi terbesar Astra International di ranah digital. Presiden Direktur PT Astra International Tbk Prijono Sugiarto menyebutkan bahwa jalinan kerja sama ini merupakan upaya meningkatkan nilai tambah untuk perusahaan dan bangsa dengan memanfaatkan teknologi digital.
“Go-Jek merupakan pemain utama dalam ekonomi digital Indonesia dan dipimpin oleh manajemen anak bangsa yang solid. Astra berharap kolaborasi dengan Go-Jek akan memberikan nilai tambah bagi bisnis Astra serta mengakselerasi inisiatif Astra di bidang digital,” tambah Prijono.
Prijono pun memaparkan bahwa antara Astra dengan Go-Jek ada benang merah kesamaan yang menyatukan mereka. Seperti di Go-Jek yang memiliki 600 ribu rider dan 200 ribu driver, sementara di Astra bisnis utamanya adalah otomotif yang rata-rata menjual 500 ribu mobil dan 4,5 juta motor tiap tahunnya. Jadi banyak sektor yang bisa dikolaborasikan.
Sementara itu Founder sekaligus CEO Go-Jek Nadiem Makarim menilai bahwa kerja sama yang dilakukan diharapkan mampu memperbaiki taraf pendapatan keuangan masyarakat serta mengakselerasi perkembangan ekonomi Indonesia berbasis digital. Bentuk kerja sama antara Astra dan Go-Jek dengan menggabungkan keahlian dari kedua perusahaan agar dapat meningkatkan produktivitas, inovasi produk dan jasa sehingga dapat menciptakan pasar baru berbasis teknologi digital.
“Kepercayaan yang ditunjukkan oleh salah satu perusahaan paling terkemuka dan merupakan icon Indonesia ini, adalah sebuah bentuk pengakuan tersendiri atas keberhasilan strategi kami. Baik Astra maupun GO-JEK didirikan dengan misi untuk memajukan Indonesia melalui pemberdayaan masyarakat,” pungkas Nadiem.