Investasi Cerdas di Tengah Dinamika Global lewat Literasi Keuangan

marketeers article
Ilustrasi investasi. (FOTO: 123RF)

Oleh Darwin Soesanto, Direktur Cermati Invest (PT Artha Investa Teknologi)

Iklim investasi saat ini terbilang cukup menantang. Karena, memasuki tahun 2024, ada banyak hal yang terjadi dimulai dari kenaikan suku bunga, inflasi yang tinggi di Amerika Serikat dan juga berbagai isu geopolitik yang terjadi seperti konflik antar negara Rusia dan Ukraina, Iran dan Israel dan juga serangan di Laut Merah yang menyebabkan jalur pengiriman menjadi lebih jauh dan lama.

Keseluruhan peristiwa tersebut juga berdampak pada gerakan untuk sumber energi terbarukan yang menjadi cakupan dari ESG (environment, social & governance) yang semakin digalakkan dan didukung oleh berbagai negara.

Selain itu, kenaikan suku bunga di berbagai negara juga membuat berbagai investor tertarik untuk membeli surat utang negara terbaru ataupun surat utang korporasi.

BACA JUGA: Strategi Maybank Dorong Minat Investasi lewat Tabungan Emas Digital

Sementara itu di Indonesia, tren penanaman modal dipengaruhi dari berbagai faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi suku bunga Bank Indonesia (BI), tingkat inflasi dan juga target pertumbuhan gross domestic product (GDP) di Indonesia.

Sedangkan, faktor eksternal meliputi suku bunga fed rate Amerika Serikat, nilai tukar valuta asing dan juga kondisi geopolitik di dunia. Secara keseluruhan, faktor-faktor inilah yang membentuk dinamika penanaman modal yang kompleks namun tetap menjanjikan.

Sebagai negara non-blok, ekonomi Indonesia memiliki fundamental yang baik dari sisi keuangan dan stabilitas ekonomi.

Hasil dari pemilu satu putaran juga menjadi indikasi positif untuk investor memasuki pasar Indonesia. Adapun berbagai produk penanaman modal yang menarik untuk di pertimbangkan antara lain deposito, surat berharga negara (sukuk ritel/obligasi negara ritel), reksa dana dan saham.

Berikut merupakan rincian dari keunggulan dan keleman dari masing-masing instrumen investasi tersebut:

1. Deposito
Deposito memiliki imbal hasil yang paling rendah akan tetapi memiliki stabilitas dan likuiditas yang paling baik. Imbal hasil deposito biasanya mengikuti suku bunga BI dan juga tergantung dari nominal yang akan disimpan di Deposito.

Deposito memiliki tingkat risiko yang sangat rendah karena dijamin oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Deposito cocok untuk nasabah yang memiliki target investasi di bawah 1 tahun.

2. Surat Berharga Negara (SBN)
SBN biasanya memiliki imbal hasil yang lebih tinggi dari suku bunga BI dan memiliki risiko yang minim karena dijamin oleh negara.

BACA JUGA: Menabung, Investasi dan Analogi Ban Serep pada Mobil

SBN memiliki dua jenis tipe surat yaitu sukuk sebagai tipe SBN Syariah dan ORI sebagai tipe SBN konvensional.

Secara likuiditas, SBN memiliki tingkat likuiditas yang baik akan tetapi perlu disesuaikan dengan keadaan pasar. Dikarenakan SBN perlu dijual di pasar sekunder terlebih dahulu untuk likuidasi investasinya. SBN cocok untuk nasabah yang memiliki target investasi 1-3 tahun.

3. Reksa Dana
Instrumen penanaman modal ini merupakan gabungan dari berbagai instrumen investasi seperti deposito, SBN, surat hutang korporasi dan juga saham.

Reksa dana biasanya memiliki imbal hasil yang lebih tinggi dikarenakan jumlah dari dana yang diolah cukup besar dan dikelola oleh manajer investasi. Akan tetapi, Reksa dana memiliki tingkat risiko yang lebih tinggi dari SBN melalui gabungan dari berbagai sumber instrumen investasi.

Likuiditas reksa dana akan disesuaikan dengan harga pasar sesuai dengan instrumen investasi yang dimiliki oleh reksa dana tersebut. Reksa Dana cocok untuk nasabah yang memiliki target investasi 3-5 tahun.

4. Saham
Penanaman modal lain yang juga seringkali dilirik oleh investor adalah saham. Investasi saham dapat dilakukan melalui sekuritas ke bursa saham untuk berbagai korporasi yang sudah melantai di bursa saham.

BACA JUGA: BCA Konsisten Terapkan Best Practice Kelola SDM

Saham umumnya memiliki dividen dan juga apresiasi terhadap nilai sahamnya. Saham memiliki imbal hasil yang paling tinggi akan tetapi juga memiliki fluktuasi yang paling tinggi dikarenakan pergerakan harganya yang cukup cepat.

Instrument saham cocok untuk nasabah yang memiliki target penanaman modal di atas 3 tahun.

Melihat keberagaman instrumen investasi itu, peningkatan literasi investasi di Indonesia merupakan salah satu langkah penting dalam membangun fondasi yang kuat bagi pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Masyarakat yang lebih teredukasi mengenai konsep dasar investasi dan berbagai instrumen keuangan yang tersedia, berpotensi untuk menciptakan pasar modal yang lebih sehat dan inklusif.

Selain itu, masyarakat yang lebih memahami prinsip-prinsip investasi cenderung membuat keputusan finansial yang lebih cerdas dan terukur sehingga mampu mengurangi potensi kerugian yang disebabkan oleh perilaku investasi yang kurang bijak.

BACA JUGA: BYD Salurkan Investasi Rp 16 T untuk Pembangunan Pabrik di Subang

Peningkatan literasi investasi dapat berupa kegiatan-kegiatan seperti kelas online, investasi, workshop, serta simulasi pasar modal. Selanjutnya, untuk menarget Gen Z dan milenial dapat pula memanfaatkan sosial media dan key opinion leader yang bergerak dibidang investasi.

Kesimpulannya, meskipun surat berharga negara dan korporasi memiliki tren yang sangat baik di tahun 2024, hal ini perlu diimbangi dengan profil risiko yang dimiliki oleh nasabah.

Saham memiliki potensi yang sangat baik diukur dari berbagai fundamental yang ada, akan tetapi perlu diimbangi dengan pemahaman terhadap profil risiko, kebutuhan dan target penanaman modal .

Pentingnya pemahaman akan risiko yang terlibat dalam berbagai instrumen investasi menjadi kunci dalam memilih portofolio investasi yang sesuai.

Dengan demikian, literasi penanaman modal bukan hanya memberikan manfaat bagi individu secara langsung, tetapi juga bagi perekonomian negara secara keseluruhan, menciptakan lingkungan ekonomi yang lebih stabil dan berkelanjutan.

Related

award
SPSAwArDS