oleh: Ray Pulungan, CEO PINTAR
“Perubahan adalah satu-satunya konstan.” Sebuah ungkapan klasik yang tetap relevan hingga saat ini.
Bagaimana tidak? Dalam waktu kurang dari 50 tahun, teknologi telah mengubah cara hidup manusia. Sebut saja AI, big data, dan internet of things (IoT).
Perubahan terjadi begitu cepat, memaksa seluruh industri untuk beradaptasi, tak terkecuali pendidikan dan pemasarannya.
BACA JUGA:Menikmati Napak Tilas Industri Musik yang Imersif lewat Rangkaian Irama
Memendeknya Masa Efektif Keterampilan
Pendidikan telah lama dilihat sebagai industri yang sulit beradaptasi mengikuti perkembangan zaman. Bisnis model industri pendidikan menyerupai proses produksi massal.
Seorang “pakar” menghadirkan pengetahuan; ratusan siswa menerimanya dengan pasif. Model ini mungkin efektif pada masanya, tetapi tak lagi relevan dalam dunia yang berubah dengan cepat.
Perubahan utama dalam pendidikan saat ini adalah pendeknya masa manfaat. Sementara itu, dulu dianggap sebagai investasi seumur hidup, sekarang disadari bahwa setiap keterampilan memiliki masa efektif yang makin singkat.
BACA JUGA: Denmark vs Kazakhstan 3-1, Denmark Amankan Posisi di Grup H
Keterampilan di era sebelumnya dapat bertahan hingga 20 tahun atau lebih. Hari ini, angka tersebut telah menyusut menjadi 4-5 tahun, bahkan lebih singkat lagi.
Fenomena ini kemudian menciptakan polarisasi. Di satu sisi, ada kelompok yang dengan mudah beradaptasi, sedangkan di sisi lain, banyak pula yang perlu berusaha keras untuk menyesuaikan diri.
Terciptanya Pasar untuk Kebutuhan Baru
Memendeknya masa efektif keterampilan membawa dua konsekuensi. Pertama, pengemasan konten pembelajaran akan berubah.
BACA JUGA: Amerika Serikat VS Jerman, Paman Sam Tunduk 3-1
Keterampilan yang harus diperbarui dalam waktu singkat memaksa pembelajaran untuk berfokus pada efisiensi dan relevansi. Artinya, konten pembelajaran akan lebih sering dikemas dalam format pelatihan singkat yang memenuhi in-demand skills.
Kedua, perusahaan besar akan menjadi pusat pengetahuan dan pembelajaran untuk menjaga kompetensi tenaga kerja. Dengan mensponsori berbagai program pengembangan karyawan, perusahaan berperan sebagai inisiator yang memfasilitasi akses ke pengetahuan, bukan lagi sebagai penerima “hasil” dari pendidikan secara pasif.
Kedua konsekuensi di atas tentunya menjadi disrupsi bagi pemasar pendidikan dan pelatihan. Pemasar perlu mengkurasi produk dan layanan yang bernilai tinggi dan relevan, meskipun dengan umur pakai yang lebih pendek.
Ini mencakup program dalam bentuk micro credential, pelatihan berbasis kebutuhan industri, dan produk lain yang secara langsung menawarkan peluang peningkatan karier. Dalam dunia yang berubah cepat, kita semua harus menjadi pelajar sepanjang hayat.
Peningkatan keterampilan yang berkelanjutan adalah kunci untuk tetap relevan. Pemasar tidak dapat mengandalkan model pendidikan lama; pendidikan adalah perjalanan berkesinambungan, bukan tujuan akhir. Ini membutuhkan pemahaman kolektif bahwa hanya dengan cara ini kita dapat tetap relevan, memiliki nilai lebih, dan menghasilkan dampak positif.
Editor: Ranto Rajagukguk