Hari Raya umat muslim sebentar lagi akan tiba. Sebagian besar masyarakat memanfaatkan THR Idulfitri yang didapatkan untuk memenuhi kebutuhan Lebaran, baik itu membeli baju baru, menyiapkan hidangan masakan dan kue Lebaran, hingga berbagi hampers untuk sanak saudara.
Namun, sebagian orang juga mengalokasikan THR Idulfitri ini sebagai dana investasi. Bagi umat muslim, pilihan produk investasi syariah adalah sesuatu yang cukup baru berkembang di Indonesia, namun tetap memberikan keuntungan dan dijamin oleh otoritas yang berwenang.
Felicia Tjiasaka, seorang investment storyteller membagikan tips mengalokasikan THR untuk kepentingan investasi saham syariah. Berikut hasil rangkuman Marketeers yang bisa Anda simak dengan baik, ya!
Pengertian dan ketentuan saham syariah
Menurut Indonesia Stock Exchange (IDX), saham syariah adalah efek berbentuk saham yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah di Pasar Modal. Saham yang dimaksud dalam hal ini telah diatur oleh perundang-undangan yang berlaku dan juga peraturan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Semua efek yang telah dimuat oleh OJK dalam daftar efek syariah sudah melalui berbagai ketentuan syariah yang berlaku, antara lain.
- Diterbitkan oleh Emiten atau Perusahaan Publik Syariah.
- Jenis usaha halal dan tidak boleh terlibat dengan perjudian, barang haram, riba, dan jual-beli risiko.
- Saham memiliki rasio utang dibanding aset adalah kurang dari 45%
- Pendapatan bunga harus kurang dari 10% dari keseluruhan total pendapatan perusahaan.
Selain itu, terdapat juga saham-saham yang memang menyatakan perusahaannya sudah syariah, maka tetap bisa disebut saham syariah. Saat ini, di Bursa Efek Indonesia (Indonesia Stock Exchange) sudah terdapat lebih dari 400 saham syariah.
Semua saham syariah yang ada di BEI sudah masuk kedalam index ISSI atau kepanjangan dari Indonesia Sharia Stock Index.
BACA JUGA: Sambut Lebaran dengan Bijak Kelola THR
Contoh saham syariah
Felicia Tjiasaka juga menyebutkan beberapa contoh saham syariah di berbagai sektor, mulai dari saham Indofood, Antam, hingga BRIS.
“Misalnya nih di sektor consumer ada ICBP (Indofood CBP), di sektor tambang ada Antam, di perbankan ada BRIS, ada BTPS, dan banyak lagi saham lainnya,” ucap Felicia.
Porsi perbankan pada indeks syariah ini cukup kecil. Saham besar seperti BCA, BRI, dan Mandiri ini tidak termasuk dalam syariah karena tidak memenuhi standar syariah.
Namun, dalam saham konvensional, perbankan ini cenderung stabil dan memiliki kinerja yang bagus dalam sepuluh tahun terakhir. Oleh karena itu, return dalam indeks syariah lebih rendah dibandingkan nonsyariah.
Cara memilih saham syariah berdasarkan indeks
Saham yang Anda pilih sebaiknya adalah saham yang sudah masuk ke dalam indeks syariah. Berikut beberapa indeks saham syariah yang ada di Indonesia:
1. Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI)
Indeks ini adalah indeks yang menjadi indikator seluruh saham syariah di Indonesia. Return ISSI ini dari 10 tahun terhitung 2011-2021 sebesar 55,37% dan menjadi yang return yang terbesar.
Saham yang ada di indeks ini mayoritas didominasi oleh sektor consumer non-cyclical sebesar 24% dan basic material 24%. ISSI dapat memiliki return tertinggi karena sektor basic material dan consumer non-cyclical yang tidak terlalu tinggi.
“Return dari tiga indeksi ini yang paling tinggi ya tetep yang ISSI itu, mungkin karena dua indeks yang lain (JII dan JII70) itu mostly isinya dari sektor basic material sama consumer kali ya yang dalam satu tahun terakhir ini mungkin kurang bagus nih performance-nya,” ucap Felicia.
Basic material ini terdiri atas bisnis yang cyclical, seperti pulp & paper dan juga semen yang kurang cocok untuk jangka panjang. Untuk consumer non-cyclical itu terdiri atas ICBP (Indofood CBP), Unilever, dan CPIN (Charoen Pokphand Indonesia) yang mana sektor ini lebih defensif dan risikonya lebih rendah, sehingga lebih cocok untuk investasi jangka panjang.
2. Jakarta Islamic Index (JII)
JII ini memiliki 30 saham syariah yang paling likuid dan paling sering ditransaksikan. Untuk return pada JII sejak 2011-2021 adalah 26,02% dengan komposisi basic material 33% dan consumer non-cyclical 27%.
3. Jakarta Islamic Index 70 (JII70)
Jakarta Islamic Index 70 adalah 70 saham syariah yang paling likuid dan juga paling banyak ditransaksikan. Return pada 2011-2021 untuk JII70 ini adalah 29,41%. Untuk porsi dalam indeks ini adalah basic material sebesar 28% dan consumer non-cyclical 28%.
BACA JUGA: Sandwich Generation Hindari Ini! Simak 6 Tips Kelola THR Lebaran
Tips memilih saham syariah ala Felicia Tjiasaka
Cara memilih saham syariah sama dengan memilih saham konvensional. Anda wajib bisa menentukan investasi mana yang bertujuan untuk jangka pendek dan jangka panjang.
1. Saham jangka pendek
Untuk saham jangka pendek, Felicia lebih menyarankan untuk sektor cyclical, seperti teknologi, properti, otomotif, infrastruktur, dan juga komoditas.
2. Saham jangka panjang
Untuk saham jangka panjang, Felicia menyarankan untuk memilih sektor perbankan dan juga consumer. Pada saham syariah, sektor banking ini memiliki porsi yang cukup kecil, sehingga Anda perlu memilih saham mana yang baik untuk profil Anda.
“Untuk jangka panjang, aku prefer di sektor banking dan consumer yang ada growth story. Sebagai contoh, BTPS yang dalam satu tahun terakhir dia sudah naik 40% (2021), kemudian ada juga BRIS (BRI Syariah) yang naik 400%,” ucapnya.
Namun, untuk saham consumer dalam lima tahun terakhir kurang memiliki kinerja yang baik, terutama dengan adanya pandemi yang membuat perekonomian kurang baikk. Beberapa saham syariah consumer sector yang Felicia sarankan adalah ICBP, Sido, dan juga Mayora.
Hal ini juga bergantung dengan perubahan kondisi perekonomian dan juga performa perusahaan pada setiap periode. Demikianlah pembahasan mengenai investasi saham syariah yang bisa Anda beli dengan dana investasi dari THR yang Anda miliki.
Selain saham syariah, Felicia juga memberikan opsi investasi lain, seperti reksa dana syariah dan obligasi syariah. Namun, hal yang perlu diperhatikan dalam hal ini tidak hanya produk investasinya, melainkan penting untuk memilih manajer investasi yang tepat.
Hal terpenting dalam investasi ini, apalagi dengan THR adalah tujuan dari investasi dan juga profil risiko yang Anda miliki.
BACA JUGA: Tips Alokasi THR Lebaran 2023 ala Prita Ghozie
Editor: Ranto Rajagukguk