Sejak memulai pemerintahannya, Presiden Joko Widodo mencanangkan gerakan roda perekonomian Indonesia dengan pembangunan infrastruktur dan kawasan industri. Melalui Kementerian Perindustrian, pemerintah menargetkan untuk membangun 15 kawasan industri baru hingga tahun 2019. Adapun 13 kawasan akan dibangun di luar Pulau Jawa.
Salah satu kawasan industri yang sedang dibangun berada di kawasan Morowali, Sulawesi Tengah. Kawasan industri Morowali ini dibangun dan dikelola oleh PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP), perusahaan patungan antara Shanghai Decent Investment (Group) Co.,Ltd. dan PT Bintangdelapan Group.
Berada pada area seluas 1.300 hektare, pembangunan kawasan industri baru ini membutuhkan dana investasi sebesar Rp 78 triliun. Kawasan industri ini menandakan investasi terbesar yang pernah ditanamkan perusahan Tiongkok ke Indonesia
“Pemilihan Morowali sebagai lokasi dari kawasan industri ini dikarenakan sumber nikel di Indonesia banyak terdapat di area Sulawesi dan Maluku Utara. Pemilihan lokasi ini berdasarkan banyaknya sumber daya yang nikel yang kami dibutuhkan,” ujar Du Gui, Chief Representative Shanghai Decent Investment Co.,Ltd.
Pembangunan kawasan industri Morowali ini terdiri dari tiga tahap. Tahap pertama, pembangunan smelter nikel tahap I sebesar US$ 635,57 juta. Kapasitas produksi 300.000 ton per tahun dan didukung oleh PLTU dengan kapasitas 2×65 MW. Tahap kedua, adalah pembangunan smelter berkapasitas 600.000 ton.
Nilai investasinya sebesar US$ 1,04 miliar dan didukung PLTU sebesar 2×150 MW. Selanjutnya, pembangunan pabrik tahap ke-3 akan ditargetkan memiliki kapasitas 300.000 ton dan dukungan PLTU sebesar 300 MW. Pabrik ketiga ini rencananya selesai pada akhir tahun 2017 dengan nilai investasi sebesar US$ 820 juta. Sehingga secara total, keseluruhan kapasitas akan mencapai 1,2 juta ton per tahun dengan didukung PLTU sebesar 730 MW.
Selain itu, juga akan didirikan infrastruktur penunjang seperti rumah sakit, bandara, dan pelabuhan. Di dalam kawasan tersebut nantinya akan hadir pula industri hilir, seperti produsen alat rumah tangga, kapal, furnitur, konstruksi, dan otomotif.
Pemerintah Indonesia juga akan membangun Infrastruktur penunjang lainnya, seperti kawasan perumahan yang ditujukan untuk para pekerja yang terlibat di kawasan industri ini. Selain itu, pemerintah akan menugaskan pihak kepolisian serta imigrasi untuk beroperasi di sekitar kawasan industri. Institut Teknologi Bandung beserta Universitas Tsinghua juga direncakan bekerjasama membangun pusat latihan.
Pengembangan kawasan industri merupakan upaya untuk mendorong tumbuhnya industri nasional sekaligus upaya untuk penyebaran industri. Harapannya Pulau Jawa bukan satu-satunya pusat ekonomi. Sebaliknya, industri nasional dapat tersebar ke pulau-pulai lain selain Pulau Jawa. Dengan pembangunan kawasan industri baru di luar Pulau Jawa, diharapkan peran wilayah di luar Pulau Jawa terhadap nilai tambah sektor industri akan terus meningkat dari 28% pada 2013 menjadi 40% pada 2035.
Du Gui menjelaskan bahwa IMIP memiliki keistimewaan dibandingkan kawasan industri yang dibangun oleh pengembang lainnya. Pertama, IMIP merupakan hasil investasi Tiongkok terbesar ke Indonesia. Kedua, IMIP berhasil mengolah besi nikel. Ketiga, IMIP juga merupakan kawasan yang akan berhasil memproduksi stainless steel. Keempat, membangun perekonomian lokal agar lebih sejahtera. Terakhir, mendapatkan perhatian dari para pelaku bisnis asal Tiongkok.
“Banyak yang berpikir bahwa orang Tiongkok hanya bisa bicara. Tapi, ini adalah realisasi investasi yang solid,” terang Du Gui.
Editor: Sigit Kurniawan