Menjadi salah satu bagian dari rangkaian transportasi, pelabuhan tentunya memegang peranan penting dalam pergerakan ekonomi. Pelabuhan berisikan ragam kegiatan bisnis di dalamnya. Mulai dari perbankan, transportasi, bongkar muat, perusahaan penyewaan, hingga bea cukai, menjadi aktivitas yang dapat ditemui di pelabuhan. Indonesia pun menjadi salah lalu negara yang memiliki potensi besar dalam lalu lintas laut. Kapal-kapal besar yang berasal dari Samudera Hindia dengan tujuan Asia Timur Jauh akan melintasi perairan negeri ini.
PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) atau lebih dikenal dengan Pelindo II (IPC) merupakan bagian dari ekosistem pelabuhan yang bergerak di bidang logistik. Secara spesifik, perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ini berkonsentrasi pada pengelolaan dan pengembangan pelabuhan. Hingga kini, Pelindo II telah mengoperasikan 12 pelabuhan yang terletak di 10 provinsi di Indonesia.
Pelindo II memiliki wilayah operasi yang strategis dalam jaringan perdagangan internasional berbasis transportasi laut. Sehingga, mereka hadir tidak sekadar sebagai pelabuhan, tetapi juga berbagai usaha yang terkait dengan logistik. Memahami kebutuhan konsumen mereka dengan pergerakan informasi cepat, Pelindo II pun terus berusaha memberikan inovasi di setiap layanannya.
Pelindo II sadar bahwa mereka tidak bisa bergantung pada sistem manual dan tradisional. Karenanya, Pelindo II kini berupaya mendigitalisasikan sejumlah kegiatan yang ada di pelabuhan. Sistem yang sederhana dapat dilihat dari pintu keluar masuk pelabuhan yang menggunakan kartu pembayaran digital.
“Kami ingin mendorong agar sekarang semuanya bisa cashless. Sehingga, semuanya berbasis sistem. Alasan diberlakukannya sistem tersebut adalah adanya transparansi dan mempercepat proses. Dengan IT based, semua orang bisa melakukan pengecekan. Sehingga, pelanggan dapat mengetahui persis biaya tanpa perlu menggunakan agen,” ujar Direktur Komersial Pelindo II Arif Suhartono.
Inovasi lain yang ingin dikembangkan Pelindo II di pelabuhan adalah integrated billing system (IBS). Tidak hanya akan dilaksanakan di Pelindo II, sistem pembayaran tersebut juga hadir di Pelindo I, III dan IV.
“Gagasan awalnya adalah dalam satu paltform, konsumen bisa melakukan pembayaran untuk shipping line dengan single payment. Untuk Pelindo II sendiri, kami mengutamakan bagaimana mengubah proses yang awalnya manual ke digital. Contoh sederhana yang sudah ada, yaitu penggunaan gate pass system. Target yang ingin kami capai pada akhirnya adalah menciptakan keteraturan,” jelas Arif.
Bekerja sama dengan Kementerian Perhubungan Republik Indonesia, Pelindo II memberikan layanan berbasis internet yang dapat diakses di mana saja dan kapan saja, yaitu INAPORTNET. Portal ini merupakan fasilitas yang digunakan untuk pertukaran data dan informasi layanan kepelabuhan.
INAPORTNET merupakan layanan tidak berbayar dan dapat dimanfaatkan para agen kapal untuk Vessel Management System (VMS) terkait administrasi kapal, manifes domestik yang memungkinkan penyampaian secara elektronik dari shipping line pelabuhan asal ke shipping line pelabuhan tujuan, SmartCargo, dan Cargo Management System.
INAPORTNET juga menjadi portal yang menghubungkan berbagai entitas yang ada di pelabuhan. Secara keseluruhan, tercatat delapan kementerian dan 17 kelembagaan yang terlibat langsung. Mereka semua memiliki peran masing-masing untuk membantu menciptakan kelancaran bisnis yang ada di pelabuhan.
“Ada dua aliran yang ada di pelabuhan. Yaitu barang, kemudian dokumen. Dibutuhkan sinergi antara keduanya. Tanpa adanya keseimbangan flow of document, maka tidak akan ada kelancaran flow of goods,” jelas Arif.
Ia memberikan contoh pengiriman cat. Harus ada pengecekan dari berbagai kementerian dan lembaga. Hal itu dilakukan untuk memastikan barang yang dikirim lolos dari banyak pemeriksaan. Misalnya, dari dinas perpajakan, kesehatan, perindustrian, dan perdagangan. Kehadiran INAPORTNET diharapkan mempermudah alur perizinan dengan single submission. Jadi, pihak yang mengirim barang tidak perlu pergi ke masing-masing lembaga untuk mengurus perizinan. Mereka cukup satu kali menyerahkan dokumen.
Adaptasi Teknologi Ojek Online
Inovasi lainnya adalah Marine Operating System (MOS). Sistem ini didesain khusus untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelayanan pemanduan dan penundaan kapal. Tujuan dari kehadiran MOS adalah kepastian waktu pelayanan, pelayanan otomatis melalui sistem, semua data dapat terlacak dan termonitor dengan lebih mudah, memangkas waktu pelayanan, dan tidak ada koreksi nota.
Tersedia dalam bentuk aplikasi yang biasa disebut Go-Live Marine Operating System, aplikasi ini dirancang khusus untuk menyederhanakan pergerakan keluar masuk kapal. Layanan ini pun terintegrasi dengan INAPORTNET dari Kementerian Perhubungan. Selain kemudahan dari segi pendataan, pengguna layanan ini juga bisa mendapat keuntungan seperti track dan tracing resources.
Tidak hanya itu, mereka juga bisa meminimalisir waktu yang terbuang karena penyesuaian kebutuhan kapal. Penggunaan bahan bakar pun menjadi lebih hemat. Mengapa bisa demikian? Karena, kapal-kapal yang digunakan untuk bongkar muat biasanya akan kembali ke dermaga awal mereka ketika sudah selesai melakukan pelayanan. Dengan aplikasi ini, mereka dapat terhubung dengan pelanggan di dermaga lain yang terdekat dan membutuhkan layanan. Hampir sama seperti sistem yang digunakan ojek online saat ini. Selain lebih efisien dari segi waktu, penggunaan bahan bakar pun dapat dipangkas.
Kecanggihan teknologi inilah yang menjadi andalan Pelindo II. Terbukti bahwa teknologi bukan hanya membantu dari sis pemasaran, melainkan juga operasional sehingga membuat perusahaan menjadi lebih efektif. Dan, tentunya strategi ini juga menguntungkan para konsumen Pelindo II.