iQiyi Berhentikan Ratusan Pekerja Imbas Regulasi Keras Pemerintah Cina
Pembatasan yang ditetapkan oleh Pemerintah Cina terhadap industri teknologi dan hiburannya semakin berimbas pada perusahaan-perusahaan besar di sana. Beberapa perusahaan teknologi terpaksa ditutup. Sementara yang lain menderita kerugian besar hingga mengalami penurunan harga saham secara drastis. Seperti yang dialami oleh perusahaan video streaming iQiyi.
Dengan imbas yang ditimbulkan, pemberlakuan regulasi yang disebut sebagai the crackdown atau tech crackdown) ini dianggap membunuh inovasi, kreativitas, dan semangat kewirausahaan yang menjadi kekuatan perusahaan teknologi di Cina pada beberapa dekade terakhir.
Perusahaan streaming video yang digadang-gadang sebagai “Netflix-nya Cina”, iQiyi ikut terkena imbas tindakan keras tersebut. Melansir artikel The New York Times yang dipublikasikan pada 7 Januari 2022, iQiyi dilaporkan mengalami performa buruk pada kuartal tiga tahun 2021. Bahkan perusahaan yang melantai di bursa Nasdaq ini mencatatkan net loss hingga US$ 268,4 juta.
Kini, harga saham iQiyi turun 85% dari harga tertingginya pada tahun 2021. Anak perusahaan raksasa search engine Cina, Baidu ini terancam kehilangan sejumlah investor. Para investor dinilai ketakutan akan kurangnya acara yang dapat menarik lebih banyak pelanggan dan pengiklan di platform iQiyi.
“Permasalahan terbesar yang kini dihadapi oleh iQiyi adalah kurangnya pasokan konten dan persetujuan sensor yang lambat,” ujar Chief Executive iQiyi Gong Yu.
Banyak proyek film, TV, dan streaming yang dibatalkan atau dihentikan karena aturan sensor yang semakin keras dan tidak dapat diprediksi. Permasalahan ini menyebabkan jutaan subscriber membatalkan langganan mereka pada platform iQiyi
Masalah yang dihadapi iQiyi muncul setelah pemerintah Cina meluncurkan serangkaian peraturan untuk mengendalikan sektor industri teknologi dan hiburan. Akibat regulasi keras tersebut, berbagai media sosial dan platform hiburan online Cina terpaksa menarik konten dan influencer populer mereka.
Perusahaan mengalami penurunan pendapatan iklan setelah banyak programnya tertunda karena berurusan dengan perombakan program. iQiyi juga terpaksa berhenti menayangkan Idol Competition akibat tindakan keras pemerintah terhadap budaya penggemar yang fanatic.
Dengan masalah yang menerpa, melansir Business Insider, perusahaan berkode IQ ini dilaporkan telah memberhentikan ratusan pekerja, atau sekitar 20% dari tenaga kerjanya di berbagai departemen.
Angka tersebut naik hingga 40% pada departemen atau divisi yang dinilai kurang menguntungkan. Pemberhentian pekerja ini dilakukan iQiyi untuk mengendalikan biaya operasional. Sayang, akan sulit bagi mantan high-flyer pada bursa Nasdaq ini untuk mendapatkan kembali capaian tertinggi mereka.