Israel-Hamas Bakal Gencatan Senjata, Harga Minyak Dunia Naik Tipis
Harga minyak mentah dunia naik tipis pada perdagangan, Selasa (6/2/2024) waktu setempat akibat rencana Israel dan Hamas melakukan gencatan senjata. Pada perdagangan sebelumnya, minyak mentah naik menyentuh 1% atau US$ 1 per barel.
Minyak mentah berjangka Brent tetap di level US$ 78,59 per barel atau naik 60 sen dengan persentase 0,77%. Sementara itu, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate Amerika Serikat (AS) naik 53 sen atau 0,73%, menjadi US$ 73,51.
BACA JUGA: Pertamina Hulu Mahakam Sukses Genjot Produksi Sumur Minyak Tua
Dalam prospek energi jangka pendek, Departemen Energi mengatakan produksi AS akan tumbuh sebesar 170.000 barel per hari tahun ini. Produksi minyak turun dari perkiraan kenaikan sebelumnya sebesar 290.000 barel per hari.
“Ada optimisme kehati-hatian di pasar akan melihat gencatan senjata,” kata John Kilduff, mitra Again Capital LLC dilansir dari Reuters, Rabu (7/2/2024).
BACA JUGA: Pertamina Raih Produksi Minyak 10.000 Barrel di Lapangan Petani
Data persediaan yang akan dirilis pada Selasa dan Rabu diperkirakan menunjukkan berlanjutnya persediaan bensin dan solar yang kuat. Namun, ke depannya, persediaan tersebut diperkirakan makin ketat.
Lima analis yang disurvei oleh Reuters memperkirakan rata-rata persediaan minyak mentah naik sekitar 2,1 juta barel dalam sepekan hingga 2 Februari 2024.
Kilang minyak di AS sedang melakukan perombakan pabrik di seluruh negeri dan penghentian kilang BP di Whiting, Indiana pada pekan lalu akan membatasi produksi. Pada saat yang sama, AS melanjutkan kampanyenya melawan Houthi yang didukung Iran di Yaman akibat serangannya terhadap kapal pengapalan telah mengganggu jalur perdagangan minyak global.
Analis CMC Markets Leon Li juga mengatakan akan sulit untuk kembali ke level tertinggi sebelumnya, mengingat indikator ekonomi yang kuat dari AS kemungkinan akan melemah. Namun, memburuknya ekspektasi permintaan membatasi kenaikan harga minyak.
“Pemutusan hubungan kerja (PHK) di AS masih meningkat, artinya dalam jangka panjang permintaan minyak akan menurun,” kata Leon.
Editor: Ranto Rajagukguk