Industri periklanan Tanah Air menyambut sosok muda yang berhasil menorehkan sejarah baru. Terhitung pada Januari 2019, Maya Watono akan memegang posisi tertinggi di Dentsu Aegis Network (DAN) Indonesia. Ia menjadi perempuan pertama dan termuda yang berhasil menempati posisi Country CEO DAN Indonesia.
Pencapaian ini memang layak diapreasi lantaran selama ini posisi ini dipegang oleh kaum Adam. Di sisi lain, sebagai agensi iklan, DAN, termasuk yang terbesar di negara ini dengan menaungi belasan unit bisnis.
“Menjadi sebuah tantangan sekaligus peluang bagi saya di posisi ini. Namun, saya akan terus menjaga budaya di perusahaan ini dan terus meningkatkan kedekatan dengan semua klien dan partner. Apalagi, kami tidak menjual produk, melainkan service, idea, dan expertise. Maka dari itu, people are our assets. Sangatlah penting bagaimana kita me-manage talent yang ada,” kata Maya Watono, Country CEO DAN Indonesia di acara media update, hari ini (13/12/2018).
Ia menambahkan, bahwa industri periklanan masih akan terus menjanjikan di era digital. Sejauh ini, televisi masih menjadi media yang paling untuk mengomunikasikan sebuah merek dan aktivitasnya. Mengingat, penetrasi televisi mencapai 96% kawasan di negara ini.
“Dunia digital akan menjadi masa depan periklanan. Di negara ini, pertumbuhan digital advertising cukup bagus. Hanya saja, jaringan dan kecepatan internet masih menjadi kendala tersendiri. Tapi, tidak bisa dipungkiri fenomena digital telah membuat business model pun sudah berubah, yang tadinya konvensional, sekarang semuanya sudah mengarah ke digital,” tambah Maya.
Sebagai pemimpin puncak perusahaan periklanan DAN Indonesia, untuk menyikapi perkembangan zaman Maya mendigitalisasi SDM, proses bisnis, dan klien. SDM merupakan ujung tombak perusahaan periklanan dan harus diberikan senjata-senjata anyar guna memperkuat daya saing perusahaan.
“Dengan tegas perusahaan memprioritaskan penanganan SDM, baik dari segi regional maupun inisiatif sendiri. Kami juga menyiapkan pelatihan, software, dan tools untuk dapat mengerti market yang sedang berkembang. Setiap talent dilengkapi dengan pengetahuan digital dan workflow agar bisa beradaptasi dengan lanskap digital terkini,” terang Maya.
Terkai tahun politik, menurut Maya dalam situasi politik selama periode kampanye, pemilihan legislatif dan pemilihan presiden menjadi pertimbangan untuk para pemasang iklan untuk tetap beriklan atau cenderung wait and see.
“Kondisi akhir tahun 2018 bisa menjadi gambaran. Ketika situasi ekonomi kurang baik bagi industri, yang ditandai meroketnya nilai dollar Amerika belanja iklan terkena dampaknya. “Belanja iklan 2018, menurut Nielsen sampai dengan Oktober 2018, hanya bertumbuh 4%,” jelas lulusan University of Western Australia ini.
Sekarang ini, Dentsu Aegis Network (DAN) Indonesia tersebar dalam 15 unit brand, yang terdiri dari Brand Agencies (DwiSapta, Dentsu Indonesia, Dentsu One, Dentsu MainAd), Media agencies (DSP MEDIA, Dentsu X, Carat, Vizeum, Posterscope), Digital Agencies (Dentsu X Digital, Isobar, ipVK, iNexus), Brand Activation Agencies (Bee Activator), & Content Agency (Dentsu X Sport & Entertainment).
Hingga kini DAN Indonesia memiliki hampir 1.000 orangkaryawan. Dentsu Aegis Network berkantor pusat di London dan kantor holding Dentsu Inc. di Tokyo, beroperasi di 145 negara di seluruh dunia dengan sekitar 300 perusahaan di bawahnya.