Halodoc sukses menjadi platform layanan kesehatan berbasis digital yang memiliki ekosistem terlengkap di Indonesia. Beradaptasi dengan dinamika kebutuhan pasien menjadi kunci inovasi.
Mantra fall in love with the real problem terbukti mujarab. Bicara soal platform layanan telemedicine, kita tak bisa melewatkan Halodoc.
Platform kesehatan yang didirikan oleh Jonathan Sudharta pada tahun 2016 ini menjadi pemain besar dalam layanan kesehatan jarak jauh.
“Saya berkonsultasi saya membangun pada kementerian tentang niat platform yang menghubungkan provider, baik dokter, rumah sakit, maupun pasien dengan apotek, dan pembayar. Semua kami hubungkan dengan koneksi yang seamless,” kata Jonathan Sudharta, selaku CEO Halodoc dikutip dari Majalah Marketeers edisi Agustus 2022.
Dengan misi awal untuk simplifying healthcare di Indonesia, Halodoc sudah memiliki 20 juta pengguna aktif setiap bulan per tahun 2021. Halodoc juga dinobatkan sebagai salah satu dari 100 perusahaan teknologi kesehatan top dunia dengan peringkat ke-60 dan satu-satunya dari Indonesia, menurut The Healthcare Technology Report.
BACA JUGA: Optimalkan Layanan, Halodoc Gaet VIDA sebagai Mitra Verifikasi Identitas
Kesuksesan Halodoc tidak lepas dari cerita berliku dari para pendiri. Awal mula Halodoc berangkat dari karier Jonathan Sudharta yang saat itu menjadi medical sales representative pada tahun 2003.
“Saat itu, saya sering menunggu dokter hingga subuh. Biasanya saya dan dokter-dokter itu mengobrol tentang keluhan pasien yang kebanyakan pulang karena lama menunggu dokter,” kata Jonathan.
Belasan tahun setelahnya, tepatnya pada tahun 2015, Jonathan menemukan ide untuk membantu para pasien agar bisa lebih cepat dan efektif saat berkonsultasi dengan dokter. la melihat perkembangan teknologi saat itu cukup memesona.
Beberapa tech-startup company bermunculan seperti Gojek dan menyuguhkan aneka kemudahan bagi masyarakat. Ia mengaku terinspirasi dari Gojek saat membangun Halodoc.
BACA JUGA: Halodoc Sukses Karena Belajar dari Kesalahan
“Selama menjadi medical sales representative yang seringkali menunggu dokter bersama para pasien, kami pun lama-lama berteman dan bertukar kontak. Kadang mereka menitipkan pertanyaan untuk dokter kepada saya. Jadi bisa dibilang saya seakan sudah memegang peran tele dan dokter memberi medicine-nya. Saat itu, Indonesia memiliki tiga dokter per 10.000 populasi. Artinya, banyak sekali orang Indonesia yang tak memiliki kesempatan ini, khususnya mereka yang tinggal di pelosok,” ucap Jonathan.
Tergugah oleh kenyataan tersebut, Jonathan mendatangi kantor Kementerian Kesehatan (Kemenkes) untuk menyampaikan niatnya membantu masyarakat Indonesia agar mampu mengakses layanan kesehatan dengan lebih baik. Jonathan bersyukur Kemenkes mendukung idenya dan akhirnya memulai perjalanan mengentaskan ide awal menjadi sebuah platform kesehatan digital yang bertujuan untuk memudahkan akses kesehatan bagi masyarakat Indonesia.
“Dukungan itu yang membuat saya akhirnya sangat bersemangat. Let’s do it. Saya kemudian membangun tim awal. Saya juga meyakinkan lebih dulu tim yang beranggotakan enam orang bahwa kami ibaratnya seperti roket mau melesat menuju Mars, meski tak janji apakah bisa sampai ke sana atau meledak di tengah jalan,” tuturnya.
la mengaku beruntung karena memiliki tim yang mempunyai mimpi dan cita-cita yang sama sehingga bisa diajak berjuang pada awal berdirinya Halodoc.
“Kami mempunyai panggilan yang sama, yakni mendekatkan masyarakat dengan akses kesehatan. Kami yakin bahwa apa yang kami kerjakan akan berdampak baik pada masyarakat,” tuturnya.
Editor: Ranto Rajagukguk