Singapura potensial menjadi tourism hub bagi Indonesia untuk menarik sebanyak mungkin wistawan mancanegara (wisman). Hal ini disampaikan oleh Menteri Pariwisata Arief Yahya di depan para perwakilan Visit Indonesia Tourism Officer (VITO) di VITO Annual Meeting di Batam, Rabu (10/4/2019).
Hal itu dilakukan sebagai salah satu upaya pencapaian target 20 juta kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Tanah Air sampai tutup tahun 2019. VITO sendiri diharapkan bisa mengoptimalkan promosi pariwisata Indonesia secara efektif sehingga dapat diterima di pasar internasional. Pertemuan ini bertujuan untuk menyamakan persepsi serta mendengarkan masukan dan perkembangan VITO di tiap negara. Selain itu juga untuk menyusun strategi dalam menjadikan dan memanfaatkan Singapura sebagai tourism hub.
“Pertemuan ini untuk memperkuat kolaborasi agar mendapatkan lebih banyak wisman ke Indonesia melalui hub countries dan strategi hot deals,” kata Arief.
Arief juga berharap VITO memberikan kontribusi untuk menjaring potensial market dari tourism hub, wisatawan milenial, dan MICE. Di sisi lain juga dengan menjual paket-paket hot deals.
“Untuk tourism hub, saya harap para perwakilan VITO berkolaborasi membuat strategi dengan VITO Singapura. Contohnya, VITO China menjual paket wisata dan menjadikan Singapura sebagai hub country sebelum mereka singgah ke Batam atau Bintan,” kata Menpar Arief.
Kemenpar sendiri menargetkan VITO Singapura menyumbang empat juta wisatawan mancanegara dari strategi tourism hub. Dimana target itu terbagi dalam dua kategori, dua juta wisman dari wisatawan Singapura dan ekspatriat di sana dan dua juta wisman dari Singapura sebagai tourism hub.
Tourism hub mengandung porsi 30 persen dari wisatawan asal ASEAN, Australia, dan Oceania Countries. Dan 70 persennya berasal dari China, India, Korea, Jepang, Amerika Serikat, dan Eropa.
“Kalau kita ingin memasuki suatu negara, kita harus tahu betul karakter negara tersebut. Kita harus paham betul selera pasar kita. Umur berapa, sukanya apa, pemandangan, belanja, makanan, semua Itu harus dipahami,” kata Arief Yahya.