Arus kas atau cash flow di sebuah perusahaan ibarat aliran darah di dalam tubuh kita. Jika aliran darah dari jantung keseluruh tubuh terhambat, maka banyak organ tubuh yang akan terganggu hingga tidak bisa bekerja. Begitu juga peran arus kas di sebuah perusahaan. Perusahaan berkelanjutan harus memiliki arus kas yang sehat. Salah satu caranya dengan menjaga cash conversion cycle (CCC). Lantas, apa yang dimaksud dengan CCC?
“Mihir Desai, seorang profesor keuangan di Harvard Business School, berpendapat bahwa ukuran utama dari bisnis yang sukses mengatur cash adalah terletak pada pengelolaan siklus konversi kas atau sering disebut sebagai cash conversion cycle (CCC) yang tepat,” jelas Yosanova Savitry, Chief Operating Officer MarkPlus Institute yang dikutip dari Majalah Marketeers edisi September 2021.
Secara singkat, CCC adalah berapa lama pelanggan melunasi pembayaran dikurangi berapa lama pemilik bisnis harus melunasi utang kepada pemasok. Yosanova menilai, sebuah bisnis yang superefisien mampu membayar utang lebih lama, tetapi memaksa pelanggan untuk membayar lebih cepat. Hal ini yang ia sebut dengan near cash.
“Amazon dan Apple, dua dari The Big Five FAANG (Facebook, Apple, Amazon, Netflix, dan Google) merupakan contoh perusahaan yang fenomenal dalam mengelola cash. CCC Amazon mencapai minus 30,6 hari dan Apple berada di angka minus 44,5 hari. Artinya, cash sudah di tangan bahkan sebelum pelanggan menggunakan barang dan jasa yang sudah dibayar di depan,” jelas Yosanova.
Lantas mengapa cash sedemikian berharga? Cash merupakan satu-satunya dana konkret dan likuid dibandingkan income dan profit yang masih berupa catatan di tumpukan laporan keuangan Anda. Bagi pelaku bisnis yang berada di situasi biasa-biasa saja atau cenderung aman, cash menjadi motor penggerak untuk mempersiapkan diri di medan pertarungan berikutnya.
Anda bisa menggunakan cash di tangan untuk membangun pabrik baru, meramu inovasi produk, dan melakukan perbaikan pelayanan kepada pelanggan. “Siapa pun yang bisa menyimpan cash sebanyak dan secepat mungkin akan selamat di persaingan bisnis. Terlebih, jika bisnis Anda termasuk dalam kategori bahaya di masa krisis COVID-19,” tutup Yosanova.