Jalan Pintas Dongkrak Brand Image Produk lewat Brand Collaboration

marketeers article
brand collaboration | sumber: 123rf

Persaingan bisnis yang semakin kompetitif membuat para marketer menggila dengan target yang sering di luar nalar. Para pebisnis membutuhkan penawar dengan berbagai strategi efisiensi, salah satunya dengan brand collaboration.

Para pemasar bertanya-tanya dan mencari strategi untuk meningkatkan brand exposure tanpa budget besar, membangun brand dengan waktu cepat, dan memengaruhi konsumen dalam waktu singkat. 

Di sini, Brand collaboration menjadi langkah yang perlu dijajaki oleh marketer untuk dapat memanfaatkan peluang yang lebih besar. Hal ini juga didorong oleh banyak pernyataan bahwa zaman sekarang yang ekstra fluktuatif tak lagi bisa dihadapi sendiri-sendiri, tapi perlu kolaborasi dan bergandengan tangan. 

Jenis-jenis kolaborasi merek

Partnership

Contoh brand collaboration yang pertama adalah partnership. Banyak merek sudah melakukan kolaborasi ini. Misalnya restoran yang bekerja sama dengan layanan payment tertentu. Pelanggan akan mendapatkan diskon ketika ia dapat membayar pesanannya dengan layanan tersebut. 

Dengan begitu, layanan payment itu juga bisa mendapatkan pengguna dan transaksi sekaligus restoran dapat menarik pelanggan dengan promo yang ditawarkan.

Bundling

Kedua adalah bundling. Misalnya produsen kopi dan gula membuat paket bersama dengan menawarkan harga murah dibanding produk terpisah. Keduanya pun harus menghitung taktik pricing secara bersamaan agar tetap menguntungkan atau sekadar mengeluarkan stok yang tertahan lama. 

Cross Sector Collaboration

Contoh brand collaboration ketiga misalnya dilakukan oleh produsen sepatu dan perhiasan yang menawarkan produk sepatu dengan dihias perhiasan cantik yang menambah nilai dari sepatu tersebut.

BACA JUGA: Bangun Sisi Humanis pada Brand dengan Human-Centric Marketing

Mengapa kolaborasi dalam bisnis itu penting?

Terdapat banyak bentuk brand collaboration yang bisa dieksplorasi lebih jauh oleh para pemasar. Namun, apa manfaatnya? Ignatius Untung menjelaskannya dalam program Market Think pada kanal Youtube Marketeers TV.

Manfaat pertama adalah cross exposure yang menjadi manfaat yang paling mendasar. “Dengan ber-partner kedua belah pihak bisa menjangkau user dari brand partner-nya untuk di-expose ke brand kita,” ujar Untung. 

Untung memberikan contoh, segmen brand A dapat mengenali produk dari brand B dan begitu sebaliknya tanpa perlu perantara media lagi, sehingga brand awareness menjadi yang paling mungkin didapatkan dari brand collaboration. 

Kedua adalah membangun kedekatan dari sesuatu yang relevan. Manusia itu butuh waktu untuk dapat menerima sebuah brand, terlebih jika masih baru karena belum memiliki reputasi.

Kolaborasi dapat membangun suatu kesamaan tertentu yang membuat kedua brand merasa berada dalam satu pihak yang sama dan dapat saling mengisi satu sama lain. 

Manfaat ketiga adalah implicit endorsement di mana sengaja atau tidak, seseorang akan dinilai dari kelompoknya. Misalnya, seseorang yang bergaul dengan komunitas mobil akan disebut pecinta mobil.

“Dengan bekerja sama dengan brand lain, kita seolah-olah dapat implicit endorsement dari brand partner itu tadi,” sebut Untung.

Misal, Apple kerja sama dengan Nike, maka seolah-olah Apple akan meng-endorse Nike secara implisit sebagai produk yang bagus untuk user Apple, begitu juga dengan sebaliknya.

Cara ini juga bisa disebut sebagai cara instan untuk mendapatkan endorsement tanpa waktu yang lama.

Keempat adalah brand perception yang logikanya mirip dengan group solidarity di mana ketika kita berada dalam suatu kelompok yang sama, maka persepsi kita dianggap selevel atau sama. Misal, ketika Anda berkumpul dengan orang-orang sukses, maka Anda juga akan dipersepsikan sukses.

Ketika brand collaboration dilakukan, maka persepsi produk Anda juga akan dipersepsikan selevel dengan produk dari partner Anda. 

Namun, yang jadi pertanyaannya adalah apakah brand collaboration mudah untuk dieksekusi? Ternyata tidak juga. Meskipun secara teori ketika produk saling berkolaborasi, maka berbagai manfaat tersebut bisa Anda dapatkan, namun faktanya tidak selalu demikian.

BACA JUGA: Pengaruhi Pengambilan Keputusan Konsumen dengan Psikologi Marketing

Bagaimana cara membuat kolaborasi merek yang menguntungkan?

Oleh karena itu, terdapat beberapa syarat dan ketentuan yang perlu diperhatikan agar brand collaboration ini dapat sukses dilakukan. Syarat yang pertama adalah ketika equal mutual benefit, kedua belah pihak mendapatkan benefit yang sama secara adil. 

Kedua, harus make sense dan berimbang antara kedua brand dengan memiliki gap rendah. Biasanya perhitungan dari dampaknya akan menjadi rata-rata. 

Jika brand besar berkolaborasi dengan brand yang lebih kecil, maka yang kecil bisa terdorong menjadi lebih besar, namun juga yang besar bisa saja tertarik menjadi brand dengan persepsi yang lebih rendah. Kecuali, brand besar tersebut terlalu kuat untuk dapat digoyahkan oleh persepsi pasar. 

Selain itu, brand besar pun mungkin saja bisa berkolaborasi dengan brand kecil asalkan brand tersebut memang benar-benar memiliki unique value yang sangat bernilai. 

Dengan begitu, meski perusahaan bisa disebut kecil dari segi ukuran perusahaan. Namun ketika perusahaan memiliki kualitas yang sama, maka akan disebut selevel dan layak dikolaborasikan.

Syarat selanjutnya adalah autentik yang menjadi daya tarik dari kolaborasi merek yang dilakukan. “Gimana kalau partner-an tapi tidak selevel, lalu dipaksakan, maka ini menjadi tidak autentik, dan akhirnya dua-duanya minus. Partnership itu tidak satu tambah satu sama dengan dua, harus lebih besar dari itu,” jelasnya.

Untung menyarankan untuk perusahaan yang ingin melakukan brand collaboration haruslah mencari mitra yang gap-nya tidak terlalu jauh, tidak hanya ukuran perusahaan, tetapi juga dari segi persepsi konsumen terhadap apapun yang diasosiasikan kepada brand yang terlibat.

Selain itu, bangun brand hingga memiliki efek yang mampu membuat audiens Anda buta dengan apapun yang dilakukan oleh suatu brand akibat besarnya pengaruh brand tersebut.

Hal ini bisa terjadi jika pelanggan Anda benar-benar memiliki loyalitas yang sangat tinggi kepada brand tersebut.  

Editor: Muhammad Perkasa Al Hafiz

BACA JUGA: Omnichannel Marketing, Demi Customer Experience yang Powerful

Related