Kesemutan adalah sensasi yang umum dirasakan oleh banyak orang. Meski sering kali dianggap sepele, kesemutan yang terjadi secara berulang atau berlangsung lama bisa menjadi tanda dari beberapa kondisi medis yang lebih serius.
Melansir Mayo Clinic, berikut adalah lima gangguan yang mungkin ditandai oleh sensasi tersebut:
Neuropati Perifer
Ini terjadi ketika saraf di luar otak dan sumsum tulang belakang mengalami kerusakan, sehingga menimbulkan gejala berupa rasa kesemutan, mati rasa, dan nyeri di tangan atau kaki. Kondisi ini biasanya disebabkan oleh diabetes, infeksi, gangguan metabolisme, atau paparan racun.
BACA JUGA: Tips Memaksimalkan Pertumbuhan dan Perkembangan Tubuh
Sindrom Terowongan Karpal
Sindrom terowongan karpal umumnya dialami oleh orang dengan pekerjaan yang melibatkan gerakan berulang dengan tangan, seperti mengetik atau menggunakan alat. Tekanan pada saraf median ini menyebabkan kesemutan, mati rasa, dan nyeri di jari-jari dan tangan.
Multiple Sclerosis (MS)
Multiple sclerosis merupakan penyakit autoimun yang memengaruhi sistem saraf pusat, yang mana sistem kekebalan tubuh menyerang pelindung saraf. Ini menyebabkan gangguan komunikasi antara otak dan tubuh, salah satu gejalanya adalah kesemutan di berbagai bagian tubuh.
Defisiensi Vitamin
Kekurangan vitamin tertentu, terutama vitamin B12, bisa menyebabkan kesemutan. Vitamin B12 penting untuk menjaga kesehatan saraf, dan kekurangannya dapat menyebabkan kerusakan saraf. Gejala lainnya meliputi kelelahan, lemah, dan masalah memori.
BACA JUGA: 5 Penyebab Kadar Testosteron Tinggi pada Perempuan
Gangguan Sirkulasi
Kesemutan juga bisa disebabkan oleh gangguan sirkulasi darah. Kondisi seperti aterosklerosis (penumpukan plak di arteri) atau penyakit Raynaud (penyempitan arteri kecil) bisa mengganggu aliran darah ke tangan dan kaki, sehingga menyebabkan sensasi tersebut.
Jika Anda sering mengalami kesemutan tanpa sebab yang jelas, atau jika disertai dengan gejala lain seperti kelemahan otot atau nyeri, penting untuk berkonsultasi dengan dokter. Diagnosis dini dan pengobatan yang tepat dapat mencegah komplikasi yang lebih serius.
Editor: Ranto Rajagukguk