Jangan Hanya Administratif, HR Harus Berperan Jadi Strategic Partner
Menjalani anjuran kerja dari rumah sejak Maret lalu, pelaku usaha dan divisi HR ditantang membangun sistem kerja ideal yang tetap mengedepankan keamanan karyawan. Melakukan penerapan shift kerja merupakan pilihan mayoritas perusahaan agar bisnis bisa mulai kembali beroperasional dari kantor ataupun rumah.
Menurut Eka Junis, Chairman of Inclusive HR Indonesia (IHRI), kondisi new normal yang dihadapi saat ini merupakan masa transisi menuju fase next normal. Kemungkinan besar akan banyak perubahan terjadi, baik dari sisi business landscape maupun employee behaviour.
“Oleh karena itu, HR harus adaptif, resilience, dan cermat melihat perubahan yang terjadi, yang akan terjadi serta mengidentifikasi dampak dan meminimalisir risikonya. HR jangan lagi hanya bicara soal prosedur, dokumen, ataupun formulir,” ujar Eka.
HR harus diposisikan sebagai strategic partner bagi perusahaan. Hal ini untuk mengidentifikasi prioritas utama perusahaan dan melakukan perubahan-perubahan dengan cepat dan akurat agar proses bisnis bisa berjalan lebih efisien. Salah satunya yang relevan dengan kondisi ini adalah melakukan transformasi digital dalam keseluruhan proses bisnis.
Bagi Aviandri Hidayat, VP Product Mekari menyampaikan bahwa COVID-19 membawa HR untuk melakukan transformasi digital. Ia menilai perusahaan yang belum menerapkan teknologi dalam proses bisnisnya membutuhkan waktu lebih lama beradaptasi dengan kondisi.
“Ini adalah waktu yang tepat untuk berubah agar bisnis lebih siap dengan kondisi kedepannya,” tutur Aviandri.
Transformasi digital bisa dimulai dengan menerapkan teknologi dalam proses kerja HR agar tidak terpaku pada pekerjaan administratif yang memakan waktu karena dilakukan secara manual.