Flash sale memang menjadi salah satu strategi sales promotion yang jamak dilakukan oleh peritel di dunia online maupun offline. Mudahnya, flash sale adalah periode di mana peritel menawarkan produk dengan harga yang sangat murah dengan jangka waktu dan jumlah terbatas.
Belum lama ini, perusahaan marketplace terbesar di Indonesia, Tokopedia menggelar Kampanye Ramadan Ekstra pada tanggal 24 Mei dan Belanja Online pada 25 Mei 2018. Nah, pada momen Belanja Online, Tokopedia menghadirkan berbagai penawaran dengan harga sangat menarik, yaitu berkisar Rp 25.000 untuk produk seperti shaver, rice cooker, alat masak, alat kebutuhan mobil, smartphone, dan masih banyak lagi. Kampanye yang dipromosikan secara offline dan online itu pun terbilang dahsyat dan berhasil menarik perhatian konsumen Indonesia.
Sayangnya, besarnya minat konsumen Tanah Air itu tidak sesuai dengan kemampuan Tokopedia. Alih-alih mendapatkan pujian, banyak Netizen Tanah Air yang kecewa dengan kampanye yang dilakukan oleh Tokopedia itu. Sebut saja mulai dari susahnya mendapatkan barang pada kampanye itu, hingga sulitnya mengakses website serta aplikasi Tokopedia.
Demmy Indranugroho, Head of Online Marketing PT Jingdong Indonesia Pertama mengatakan, flash sale memang menjadi sebuah strategi marketing yang menarik, khususnya e-commerce. “Namun, kita harus melihat bagaimana kapasitasnya. Kami mencoba menghindari flash sales yang fluktuatif di sebuah waktu tertentu, lalu turun jauh sehingga konsumen banyak yang tidak mendapat kesempatan,” katanya.
JD.ID pun mengakui pernah mengalami hal serupa, di mana flash sale bukannya menjadi manfaat justru menjadi mudarat. Hal itu dilakukan JD.ID ketika menggelar flash sale di awal-awal berdirinya perusahaan itu.
Dari situ, JD.ID belajar bahwa flash sale sebaiknya dilakukan dengan durasi yang lebih lama. “Ini perlu diperhatikan agar tidak menimbulkan banyak kecurigaan pada konsumen,” katanya.
Sebelum melakukan flash sales, pemain pun harus melihat apakah stock keeping unit (SKU) pemain benar-benar cukup. Apalagi, jika pemain menghadirkan produk yang sangat atraktif, tentunya bukan hal yang sulit untuk menarik minat konsumen dalam ajang flash sale itu. “Jika gagal, yang ada flash sale justru membuat kita dimarahin orang,” kata Demmy.
Selain itu, ada satu hal yang tidak bisa dihindarkan pemain ketika menjalani flash sale. Yaitu kehadiran para pedagang, yaitu yang membeli produk murah dengan tujuan dijual kembali. “Ketika membuat flash sale, kami sangat berharap semoga yang benar-benar dapat barang adalah konsumen bukan trader,” kata Demmy.
JD.ID sadar bahwa dalam menjalankan flash sale, pemain harus mampu mempertahankan value dan kualitas secara konsisten. Karenanya, JD.ID kerap melakukan flash sale yang merupakan produk buatannya. Sebut saja, seperti tas, helm, kabel smartphone, dan lainnya. “Meski murah tapi tidak below quality. Makanya, kalau produk di market susah, mending kami buat produk sendiri,” katanya.