Ketika banyak brand kecantikan yang berlomba-lomba menggandeng para influencer kecantikan, L’Oréal justru meluncurkan jurus baru dalam kompetisi. Seperti ingin meraih seluruh demografi pasar kecantikan yang ada, L’Oréal dengan ‘jeli’ menangkap peluang dari target market penyandang disabilitas. Kira-kira seperti apa?
Menangkap peluang di pasar disabilitas memang bukan hal baru bagi L’Oréal. Sejak sepuluh tahun lalu, brand yang membawahi berbagai brand kecantikan besar, seperti Yves Saint Laurent (YSL), NYX, Maybelline, dan Urban Decay ini telah menaruh perhatian pada persoalan ini.
“Disability Awards merupakan salah satu program global dari L’Oréal Diversity & Inclusion Driven yang sudah berjalan selama sepuluh tahun,” ungkap Melanie Masriel, Communications, Public Affairs and Sustainability Director, L’Oréal Indonesia di Jakarta, Selasa (24/07/2018).
Ada berbagai agenda yang dilakukan. Tahun ini, L’Oréal Indonesia dan Pusat Bahasa Isyarat Indonesia (Pusbisindo) menyusun dan mensosialisasikan 10 kosa isyarat kecantikan, meliputi lipstick, powder, mascara, eyeliner, foundation, blush on, eyeshadow, strobing, highlighter dan contouring.
Bekerjasama dengan Maybelline dan Thisable Enterprise, L’Oréal menciptakan video tutorial make-up pertama dengan bahasa isyarat sekaligus menggelar kelas make-up inklusif bagi 50 peserta disabilitas.
“Melalui cara ini, para penyandang disabilitas atau tuna rungu dapat belajar mengenai make-up. Tak menutup kemungkinan, mereka bias bekerja sebagai MUA (Make-up Artist). Bekal dari L’Oréal merupakan langkah awal,” ungkap Angkie Yudista mewakili Thisable Enterprise.
Diversity + Inclusion Nampak menjadi subyek penting bagi L’Oréal. Hal ini terlihat dari jejak mereka yang menjadi bagian dari United Nations Global Compact sejak 2003, menggelar Disability Initiatives Trophies pada 2016, menduduki peringkat pertama di Equileap Global Gender Equality Ranking dalam hal penyetaraan gender pada tahun 2017, dan tahun ini kami menggelar Disability Awards.
Editor: Sigit Kurniawan