Badan Ekonomi Kreatif baru-baru ini menggelar lokakarya bertajuk Jastip Mata Cerita. Staf Direktorat Pengembangan Pasar Luar Negeri Bekraf membangikan pengalaman mereka perjalanan ke luar negeri yang sekaligus ‘jualan’.
Travelling nyatanya tidak hanya bisa dijadikan ajang pelepasan penat. Kegiatan ini juga bisa menjadi kanal bisnis baru bagi mereka yang jeli. Apalagi, di era keterbukaan informasi seperti sekarang. Tidak sedikit orang yang menginginkan produk dari negara lain, namun sulit mendapatkan karena banyak alasan, di antaranya produk yang tidak tersedia di negara lain hingga ongkos kirim yang mahal.
Jastip atau jasa titip menjadi sebuah peluang bisnis yang kemudian jadi tren. Pasar luar negeri menjadi sangat terjangkau denga model bisnis ini. Dengan menawarkan untuk dititipkan, wisatawan dapat mendulang untung dari ‘membelikan’ barang titipan.
“Jangan dilihat jalan-jalan ke luar negerinya, tetapi bagaimana tujuan dari keberangkatan itu sendiri, yaitu seberapa banyak transaksi bisnis yang dihasilkan,” ujar Bonifasius Pujianto, Staf Direktorat Pengembangan Pasar Luar Negeri Bekraf dilansir dari rilis resmi.
Uniknya, model jastip tidak hanya berlaku untuk produk-produk asing. Tapi, juga untuk mengenalkan produk Indonesia ke luar negeri.
Hal inilah yang dilakukan Bekraf. Salah satu strategi Bekraf dalam ekosistem jastip adalah dengan konsisten mengikuti pameran di luar negeri. Bekraf membawa berbagai produk hasil kerajinan masyarakat Indonesia ke pasar kreatif dunia. Dengan demikian, merek produk pelaku ekonomi kreatif Indonesia dapat dikenal di pasar luar negeri.