Adopsi pembayaran digital semakin banyak digunakan oleh konsumen di Indonesia. Ada banyak faktor yang mempengaruhi, mulai dari dorongan gaya hidup yang semakin bergantung pada gawai dan koneksi digital, lebih efisien, hingga promosi yang ditawarkan.
Perusahaan jasa konsultasi Neurosensum melalui riset neuroscience-nya mengungkapkan memasuki awal tahun 2021 dan menjelang perayaan Imlek, adopsi pembayaran digital atau e-wallet naik signifikan.
Perayaan Imlek perdana di tengah kondisi COVID-19 menjadi hal menarik yang kemudian dijadikan oleh Neurosensum. Perusahaan ini melihat perayaan Imlek sebagai yang dinanti oleh masyarakat dan menilai adopsi teknologi digital yang terakselerasi selama pandemi akan memengaruhi cara masyarakat merayakan momentum ini.
“Riset ini bisa dipelajari untuk melihat tren perayaan Imlek yang sedikit berbeda pada tahun ini. Kami berusaha melihat efek adopsi digital dalam perayaan Imlek tahun ini dibandingkan tahun sebelumnya yang dapat menjadi referensi untuk membaca adopsi digital di momentum lain,” jelas Mahesh Agaral, Managing Director Neurosensum Indonesia.
Neurosensum melakukan riset terhadap 1.00 responden berusia produktif di delapan kota besar di Indonesia tentang penggunaan e-wallet pada momentum Imlek. Diketahui 93% responden mengatakan mengandalkan pembayaran e-wallet untuk melakukan pembelanjaan saat Imlek. Dalam jumlah yang sama, mereka juga berencana berbelanja di e-commerce untuk memanfaatkan promosi yang ditawarkan.
Jika dilihat dari perilaku rencana menjelang Imlek, Neurosensum menemukan hanya 20% dari respondennya yang merayakan. Berarti, sebagian besar tidak merayakan Imlek. Namun, mereka yang tidak merayakan akan tetap memanfaatkan momentum Imlek untuk berbelanja, dan berburu berbagai promosi dan keuntungan untuk memenuhi wishlist di e-commerce.
Lebih lanjut, Neurosensum melihat adanya keunikan terhadap budaya pemberian angpao. lebih dari 50% responden yang merayakan berencana memberikan angpao dalam bentuk saldo e-wallet. 39% responden memilih untuk memberikan angpao dalam bentuk uang tunai dan sisanya tidak merayakan.
“Ada indikasi bahwa adopsi digital telah mempengaruhi kehidupan hingga pada penerapan budaya. Penggunaan e-wallet untuk memberikan angpao juga mengartikan kini masyarakat semakin fasih dengan fitur e-wallet,” tambah Mahesh.
Lebih lanjut, dalam momentum Imlek mendatang sejumlah kategori pembelanjaan akan menguasai pasar. Di antanya fesyen (86%), produk kecantikan (80%), dan sepatu (70%). Menariknya, sejumlah responden bahkan telah menyisihkan anggaran untuk berdonasi, belanja keluarga, dan merayakan kumpul keluarga dengan makan bersama.
“Dapat dilihat bahwa e-wallet sudah menjadi bagiah salah satu peran utama dalam kehidupan perekonomian masyarakat. Ke depannya, fitur dan meningkatan literasi finansial adalah hal yang harus dilakukan karena perkembangan teknologi harus berjalan berkesinambungan dengan edukasi,” pungkas Mahesh.
Editor: Sigit Kurniawan