Isu pemindahan ibukota ke luar Pulau Jawa makin santer. Banyak pihak menghitung untung dan rugi dengan berpindahnya ibukota dari Jakarta tersebut. Salah satunya, soal prospek properti di masa mendatang.
Menurut Mart Polman, Managing Director Lamudi.co.id, rencana pemindahan ibukota ini bisa berdampak positif terhadap bisnis properti di Jakarta, karena walaupun tidak menjadi ibu kota lagi, Jakarta akan tetap menjadi pusat perekonomian, sehingga aktivitas jual beli properti tidak akan terganggu dengan masalah politik dan pemerintahan.
“Khusus untuk properti kelas atas memang sangat berpengaruh terhadap kondisi politik dan ekonomi, jadi jika ibu kota berpindah maka bisnis jual beli properti untuk segmen atas akan tetap terjaga,“ kata Mart
Mart juga tetap meyakini bahwa kebutuhan hunian di Jakarta akan tetap tinggi. Alasannya, kota ini memiliki pasar properti yang sudah terbentuk, terutama untuk segmen hunian vertikal yang terkoneksi dengan moda transportasi LRT, busway, dan MRT.
Selain Jakarta, Mart menilai dampak positif juga akan dirasakan pada daerah yang dipilih sebagai ibukota baru, karena nantinya disana akan dibangun beragam hunian dan infrastruktur baru yang dapat mendorong meningkatnya pasar properti.
“Kebijakan pemindahan ibukota menjadi sangat penting. Namun, sebelum ditentukan, pemerintah tentunya perlu melakukan berbagai kajian mendalam karena selain akan membutuhkan biaya yang tidak sedikit, kesiapan infrastruktur juga akan menjadi salah satu pertimbangan mendasar,” ujar Mart.
Sekadar catatan, berdasarkan data Lamudi.co.id, saat ini Jakarta menjadi kota paling favorit dicari oleh pencari rumah dengan area pencarian terbanyak berada di kawasan Jakarta Selatan. Rata-rata harga rumah di Jakarta yang paling murah dijual Rp 11 juta per meter persegi. Sementara termahal bisa mencapai Rp 62 juta per meter persegi.