Jelang penyelenggaraan World Economic Forum yang akan berlangsung 19-21 April 2015 di Jakarta, berbagai persiapan pun dilakukan. Acara ini menjadi hajat besar Indonesia karena berbagai pemimpin dunia akan datang menjadi peserta dan pembicara.
Sofyan Djalil, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian RI, mengatakan forum WEF adalah forum yang prestisius. Acara ini menjadi kesempatan bagi Indonesia untuk memasarkan diri kepada dunia. Forum WEF tahun ini merupakan forum kedua di Jakarta dan ke-24 di Asia Timur. Forum WEF pertama di Indonesia dituturkan Sofyan diadakan pada tahun 2011.
“Dalam acara ini, beberapa menteri Indonesia akan menyampaikan program pemerintah, termasuk juga para menteri dari berbagai negara di dunia,” terang Sofjan dalam Konferensi Pers World Economic Forum East Asia (WEF-EA) di Jakarta, Kamis (16/4/2015).
Sebagai pemerintahan yang baru terbentuk sekitar enam bulan, Sofyan mengatakan pemerintah perlu menjelaskan dan mengomunikasikan inisiatif, termasuk soal kebijakan, yang akan dijalankan kepada masyarakat dunia. Dengan ini, diharapkan terjadi kolaborasi dalam berbagai bentuk.
Sementara itu, Menteri Perdagangan Rachmat Gobel mengatakan forum WEF akan menjadi sarana yang efektif bagi Indonesia dalam banyak hal. Presiden RI Joko Widodo dijadwalkan akan memberikan sambutan utama. Selain Jokowi, juga ada dua pembicara setingkat presiden dari negara lain.
“Pada forum ini, kami akan menjelaskan tentang visi pemerintah Indonesia. Banyak investor yang berharap untuk mendengar langsung dari Presiden tentang iklim investasi dan situasi di Indonesia,” ujar Rachmat.
Sushant Palakurthi Rao, Senior Director, Head of Asia Pacific, World Economic Forum, mengatakan pemilihan Indonesia sebagai lokasi didasarkan pada fungsinya yang strategis dalam menghubungkan dua benua.
“Minggu depan, Indoneesia akan menjadi tuan rumah dari pertemuan penting Asia dan Afrika. Kami melihat ini sebagai momentum yang bagus bagi semua pihak yang terlibat. Indonesia adalah ekonomi yang muda dan berkembang pesat. Negara ini juga menjadi jantung dari komunitas ekonomi Asia Tenggara,” terang Rao.