Media sosial tengah dihebohkan dengan sebuah video yang menunjukkan juru masak mengolah makanan tanpa mengenakan baju atasan. Hal ini menuai komentar pedas dari warganet karena dianggap telah melanggar SOP dalam bekerja.
Menurut Department of Health Victoria, juru masak yang tidak menggunakan pakaian pelindung, seperti apron, penutup kepala, atau sarung tangan, memang menyalahi aturan. Pasalnya, atribut ini berfungsi mencegah kontaminasi dari tubuh manusia masuk ke dalam makanan.
Entah itu rambut, keringat, atau bakteri yang ada di tubuh bisa saja jatuh ke makanan, terutama bila tak ada pelindung yang memadai. Tanpa pakaian pelindung, risiko kontaminasi dari rambut atau kulit yang terkelupas meningkat, yang mana juga berpotensi memengaruhi kesehatan.
BACA JUGA: Ketahui Ciri Khas Nasi Padang yang Viral di Media Sosial
Risiko Kontaminasi dari Tubuh Manusia
Melansir Food Safety Helpline, tubuh manusia secara alami memang menghasilkan kotoran dan bakteri, yang dapat masuk ke makanan jika sang juru masak tidak mengenakan pelindung yang memadai. Rambut, misalnya, dianggap sebagai kontaminan fisik sekaligus mikrobiologis.
Selain membuat konsumen jijik, rambut juga membawa bakteri yang lantas dapat berkembang biak dalam makanan, terutama yang dibiarkan terbuka atau tak segera dikonsumsi. Minyak dan bahan kimia sisa perawatan rambut pun bisa mengandung zat berbahaya yang berpotensi mencemari makanan.
BACA JUGA: Tips Membuat Telur Gulung Antigagal ala Idol K-Pop Kim Jaejoong
Makanan yang terkontaminasi kotoran tubuh manusia berisiko menyebabkan berbagai penyakit. Rambut atau kotoran kulit yang jatuh ke makanan bisa memicu reaksi fisik seperti tersedak atau mual.
Selain itu, makanan yang terkontaminasi Staphylococcus aureus atau bakteri lainnya juga bisa menyebabkan keracunan makanan. Karena itu, mengenakan pakaian pelindung dan menjaga kebersihan diri adalah standar yang sangat penting untuk juru masak atau pekerja makanan.
Sebagai konsumen, Anda tentu perlu waspada terhadap kebersihan tempat makan yang Anda kunjungi demi kesehatan diri sendiri.
Editor: Ranto Rajagukguk