Salah satu praktisi humas atau public relation kenamaan Nico Wattimena tentu saja sudah kenyang pengalaman. Isu-isu sampai klien besar dari luar negeri pernah ia tangani. Salah satu cerita menarik dan bisa diambil pelajarannya adalah ketika ia mendampingi salah satu taipan dunia George Soros ke Indonesia.
“Waktu George Soros datang, kami mengaturnya agar tidak diketahui publik. Tapi, yang namanya wartawan, mereka sudah tahu entah dari mana asalnya. Tempat menginap dirahasiakan pun mereka tahu. Alhasil, wartawan sudah menunggu di hotel tempat Soros menginap sambil bersiap dengan berbagai pertanyaan,” ujar Nico.
Wajar saja jika Soros tidak mau diketahui publik soal kedatangannya, terlebih figurnya juga tidak terlepas dari sisi kontroversial dalam dunia finansial. Pada saat kedatangannya ke hotel pun, menurut Nico, Soros sudah tampak sangat lelah dan ingin segera beranjak ke kamar untuk istirahat. Namun, hal itu tidak terjadi bergitu saja karena serbuan wartawan ketika Soros datang. Berbagai pertanyaan dilontarkan sambil Soros berjalan masuk hotel.
“Soros datang, wartawan langsung menyerbu dengan berbagai pertanyaan. Biar ia punya body guard, wartawan susah sekali dibendung. Pada akhirnya terjadilah wawancara door stop dengan Soros,” kisah Nico.
Soros memang sempat menjawab beberapa pertanyaan. Namun untuk keluar dari kerumunan wartawan, sulit sekali. Sampai akhirnya seorang body guard Soros meminta bantuan cepat dari Nico. “Ia bertanya bagaimana agar para wartawan ini menyudahi wawancara dengan Soros dan pergi. Saya langsung iyakan dan langsung keluarkan jurus maut sehingga wartawan benar-benar menyudahi wawancara dan pergi,” jelas Nico lagi.
Apa yang ia katakan kepada wartawan? "Saya katakan kepada teman-teman wartawan, pertanyaan terakhir ya,” kata Nico. Sesudah itu, mereka langsung menyudahi wawancara dan pergi. Body guard Soros heran, dan memang ia tidak mengerti karena saya katakan dalam Bahasa Indonesia. Ia bertanya, “nda katakan apa?. Saya jawab, pokoknya magic word. Sampai sekarang, Soros tidak pernah tahu saya katakan apa kepada wartawan,” kenang Nico.
Bagi Nico, kalimat “pertanyaan terakhir” memang ampuh untuk menyudahi wawancara. Lewat cara itu wartawan mengerti tanpa harus tersinggung. Lalu apa isu atau kasus paling berat yang pernah ia tangani? “Lapindo, itu berat dan sampai saat ini masih berjalan,” tutupnya.