Kabupaten Nganjuk mendorong potensi agroindustri di daerahnya, terutama pada produk bawang merah. Hal ini terlihat dari penambahan lahan selama pandemi. Sebelumnya, Nganjuk memiliki 14 ribu hektare lahan, bertambah menjadi total 20 ribu hektare. Dan, 1 hektare lahan dapat menghasilkan 14 ton bawang merah.
“Selama pandemi COVID-19, banyak warga kami yang pulang dan membuka lahan pertanian yang kami manfaatkan sebagai lahan tanam bawang merah. Setidaknya ada penambahan lahan lebih dari 5 ribu hektare tahun ini,” jelas Novi Rahman Hidayat, Bupati Nganjuk.
Bupati Novi, meyakini bahwa bawang merah berpotensi besar dalam mendorong laju perekonomian daerah. Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Nganjuk pun siap mendukung dan memfasilitasi warga untuk mengembangkan produk tani tersebut.
Berbeda dengan komoditas tani lainnya yang hanya panen setahun sekali dua kali, bawang merah dinilai sangat unik karena dalam satu tahun dapat panen sebanyak tiga kali, dan sekali panen dapat menghasilkan 207 ribu ton.
Dari hasil panen tersebut hanya 3 ribu ton yang dikonsumsi oleh masyarakat. Sedangkan surplusnya yang sebanyak lebih dari 200 ribu ton dapat digunakan sebagai benih untuk ditanam kembali dan sebagai bahan dasar dari produk-produk UKM di Nganjuk untuk mendukung sektor industri kuliner berbahan baku bawang merah.
Hasil panen bawang merah Kabupaten Nganjuk telah dikirimkan ke beberapa daerah di Indonesia, seperti Makassar, Surabaya, dan kota-kota besar lainnya. Dan, sekitar 30 ribu ton benih bawang merah juga dikirimkan ke luar daerah.
Melihat besarnya potensi bawang merah sebagai sebuah komoditas, Novi mendorong pemerintah pusat untuk menjadikan produk tersebut sebagai produk ekspor unggulan. Ia juga mendorong para investor untuk dapat berinvestasi di Kabupaten Nganjuk, terutama di sektor pertanian.
“Berbicara bisnis agroindustri, dari hulu hingga hilir potensi bawang merah di Kabupaten Nganjuk bisa diolah oleh siapapun. Jika digarap dengan baik, potensi ini tidak hanya mendongkrak perekonomian daerah, tetapi juga perekonomian negara pascapandemi,” tutup Novi.
Editor:Ramadhan Triwijanarko