PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) mendapatkan izin dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk menyelenggarakan usaha bulion. Dengan keluarnya izin dari regulator, perseroan bisa menjalankan bisnis yang meliputi perdagangan emas dan penitipan emas.
Adapun kegiatan usaha bulion berdasar Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 17 Tahun 2024 adalah kegiatan usaha yang berkaitan dengan emas yang dilakukan oleh lembaga jasa keuangan. OJK memberikan arahan kepada BSI dalam pelaksanaan produk baru tersebut, wajib dilakukan paling lambat enam bulan sejak tanggal dikeluarkannya surat izin.
BACA JUGA: Kantongi Izin OJK, Pegadaian Jalankan Bisnis Bank Emas Pertama di Indonesia
Hery Gunardi, Direktur Utama BSI menjelaskan izin tersebut menjadi dasar (legal standing) bagi perseroan untuk mulai menjalankan bisnis bank bulion. Dia optimistis ke depan BSI mampu memacu pertumbuhan bisnis logam mulia secara berkelanjutan, sehingga inklusi masyarakat untuk berinvestasi emas sesuai maqashid syariah akan terus meningkat.
“Kami mengapresiasi kepercayaan dan dukungan dari regulator dan stakeholder sehingga BSI melangkah ke jenjang selanjutnya dalam mengelola bisnis emas, yaitu bank bulion,” ujar Hery melalui keterangan resmi, Kamis (13/2/2025).
BACA JUGA: Meroket 78,17%, Bisnis Emas BSI Capai Rp 12,8 Triliun
Menurutnya, diperolehnya izin itu tidak terlepas dari kepercayaan nasabah terhadap bisnis emas yang sudah dijalankan BSI selama ini sehingga bisa meyakinkan masa depan industri jasa keuangan.
Sebelumnya, pada akhir tahun lalu BSI didorong pemerintah melalui Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto untuk menjadi salah satu dari dua perusahaan pelat merah sebagai pelopor bank emas di Indonesia.
“Produk-produk emas BSI termasuk ke depan insya Allah pengelolaan bulion bank, merupakan unique differentiator dari BSI yang memiliki potensi untuk tumbuh lebih besar lagi dengan meningkatnya tren investasi emas di masyarakat,” kata Hery.
Terkait hal ini, Direktur Keuangan dan Strategi BSI Ade Cahyo Nugroho menggarisbawahi bahwa pertumbuhan perusahaan saat ini salah satunya didorong oleh bisnis emas. Bahkan, bisnis emas di BSI dapat dikatakan sebagai new game changer.
“Jadi produk konsumer seperti emas itu memang tumbuh signifikan di Bank BSI. Bahkan untuk 2025 kami lebih optimistis lagi karena saat ini BSI secara resmi sudah mendapatkan license menjadi bulion bank,” kata Cahyo.
Oleh karena itu, lanjut Cahyo, perseroan bersyukur bisa menjadi salah satu yang dipilih oleh pemerintah menjadi bank emas pertama di Tanah Air.
“Ini menjadikan cikal bakal dari pada pertumbuhan ekosistem bisnis emas yang lebih lengkap,” ujarnya.
Hal yang diungkapkan Cahyo beralasan kuat lantaran selama ini BSI kerap memperkuat kerja sama dengan PT Aneka Tambang Tbk atau Antam. Selain itu, pada akhir November tahun lalu perseroan menempuh langkah strategis untuk memberikan solusi investasi yang aman terpercaya dan mendorong pendalaman sektor keuangan syariah melalui industri emas melalui kerja sama dengan PT Hartadinata Abadi Tbk.
Melalui kerja sama tersebut perseroan meluncurkan BSI Gold. Produk tersebut merupakan logam emas batangan eksklusif berlogo BSI dengan karatase 99,99% yang memiliki standar SNI, dan telah memperoleh rekomendasi Kesesuaian Syariah dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang dapat dimiliki masyarakat melalui produk BSI Cicil Emas.
Sementara itu, terkait bisnis logam mulia, BSI menunjukkan kinerja yang sangat positif sepanjang tahun 2024. Bahkan, bisnis BSI tersebut terdorong oleh antusiasme nasabah kaum muda yang tinggi dalam berinvestasi emas.
Bisnis emas perseroan tercatat naik 78,18% secara tahunan (year-on-year/yoy), yang mana produk cicil emas menjadi primadona dengan lonjakan pembiayaan sebesar 177,42% secara yoy ke angka Rp 6,4 triliun.
Selain cicil emas, bisnis gadai emas BSI juga mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Pertumbuhannya mencapai sekitar 31,3% secara tahunan ke angka Rp 6,4 triliun pada 2024. Kualitas pembiayaan bisnis emas ini pun sangat sehat dengan non-performing loan (NPL) nyaris 0%.
“Bisnis emas memang merupakan unique product kami dan memiliki potensi untuk bertumbuh semakin besar. Sebab tren investasi emas terus meningkat karena merupakan aset safe haven. Terlebih kenaikan harga emas sangat terjaga dan signifikan, contohnya seperti pada tahun lalu yang mencapai 32,4%” tuturnya.
Editor: Ranto Rajagukguk