Kardia Group Kembali Ekspansi lewat Bogor Heart and Cancer Center serta Fasilitas Produksi Radiofarmaka
Kardia Group terus berkomitmen untuk selalu menyediakan beragam solusi kesehatan yang inovatif. Kali ini, komitmen itu dibuktikan lewat pembangunan dua jaringan terbaru, yakni RS JHC Kanker Bogor (Bogor Heart and Cancer Center) dan fasilitas produksi radiofarmaka yang dikelola oleh PT Kardia Farma Solusindo.
Dr. dr. Fathema Djan Rachmat Sp.B., Sp.BTKV(K)., MPH selaku Komisaris Utama Kardia Group mengatakan ekspansi yang masih dalam tahap peletakan batu pertama ini juga merupakan wujud Kardia Group dalam mendukung upaya pemerintah untuk meningkatkan ketahanan kesehatan nasional. Diharapkan, fasilitas ini akan menjadi pusat unggulan dalam penanganan penyakit kanker sebagai penyakit pelik dan masih menjadi salah satu penyebab kematian di masyarakat.
Menurutnya, perkembangan penyakit khususnya penyakit kanker masih menjadi perhatian di Indonesia, yang mana kanker masih penyebab kematian nomor dua di dunia, dan menyebabkan 9,6 juta kematian pada setiap tahun. Diperkirakan, 70% kematian akibat kanker terjadi di negara berkembang, tidak terkecuali Indonesia.
“Kami di Kardia Group berkomitmen untuk menghadirkan suatu konsep masa depan atau ‘New Mind‘ pada pelayanan kanker. ‘New Mind‘ berarti mindset yang baru dalam melayani pasien, fasilitas yang canggih, khususnya precision medicine yang membantu pasien untuk mendapatkan early diagnostic, sehingga pasien mendapatkan terapi yang tepat dan pada akhirnya meningkatkan outcome daripada kesehatan pasien itu sendiri,” kata Fathema Djan Rachmat dalam keterangan pers kepada Marketeers, Rabu (24/1/2024).
BACA JUGA: Perluas Pasar, Re.juve Buka Gerai Baru di Rumah Sakit Ibu dan Anak
Agar bisa memberikan layanan terbaik, rumah sakit ini akan dilengkapi oleh berbagai fasilitas yang modern. Salah satunya adalah mesin Digital PET CT yang merupakan generasi terbaru PET CT yang memungkinkan proses scanning menjadi sangat cepat di bawah 10 menit dan dikombinasikan dengan mesin SPECT CT.
Hadirnya dua mesin ini akan membantu diagnostik menjadi lebih presisi pada pasien kanker dan dapat. Terlebih, mesin ini juga mampu melakukan Theranostics (Therapeutics and Diagnostics) dan molekuler sebagai targeted cell therapy yang menjadi salah satu terapi pengobatan di masa depan.
Di samping itu, untuk melengkapi kemampuan precision diagnostic, rumah sakit ini juga dilengkapi dengan MRI 1.5 T, CT-Scan 256 Slices, Mammography, ABUS, Digital X-Ray, Mobile X-Ray, Bone Densitometry, Endoskopi, Biopsi Minimal Invasive untuk prostat dan breast menggunakan Biobot dan Mammotome serta alat kebutuhan untuk diagnostic lainnya. Sementara itu, khusus untuk therapy, Bogor Heart and Cancer Center menyediakan 2 unit Linear Accelerator untuk radiasi eksternal dan Brachytherapy untuk radiasi internal.
Untuk melengkapi pelayanan yang ada, Bogor Heart and Cancer Center tetap memberikan alternatif therapy lain, seperti adanya Immunotherapy dan Stem Cell Therapy, yaitu Immuno Cell Therapy, aaPRP dan Stromal Vascular Fraction dan juga terapi kanker melalui Chemotherapy.
BACA JUGA: Viral di TikTok, Tren ‘Hahu Hoheng’ Ternyata Bisa Sebabkan Kanker!
Sementara itu, fasilitas produksi radiofarmaka yang juga menjadi bagian integral dari proyek ini akan menjadi langkah signifikan dalam mendukung diagnosa dan pengobatan penyakit kanker dengan teknologi nuklir. Radiofarmaka sendiri merupakan bahan penting dalam prosedur pencitraan medis dan terapi yang memanfaatkan radiasi.
Ridwan Suryalaksana, Direktur PT Kardia Farma Solusindo mengatakan saat ini pelayanan pengobatan kanker Indonesia masih tertinggal dibandingkan dengan negara tetangga. Hal ini dapat dilihat dari belum adanya fasilitas produksi FDG/Cyclotron dalam skala Industri, dibandingkan dengan Malaysia terdapat 17 PET/CT dengan 3 Cyclotron skala industri, Vietnam terdapat 5 PET/CT dengan 4 Unit Cyclotron skala industri Kemudian Filipina 8 PET/CT dengan 3 Unit Cyclotron skala Industri.
“Sementara Indonesia hanya memiliki 5 PET/CT dengan 3 Cyclotron yang masih terbatas untuk konsumsi internal masing-masing rumah sakit. Kami berharap fasilitas ini dapat membantu masyarakat dalam mendapatkan pelayanan kesehatan terbaik dan meningkatkan kualitas hidupnya,” kata Ridwan Suryalaksana.
Bogor Heart and Cancer Center dan fasilitas produksi radiofarmaka ini sendiri diharapkan mulai beroperasi pada tahun 2025. Fasilitas ini diharapkan juga mampu mendukung terbentuknya penguatan medical tourism dan membawa dampak positif bagi pelayanan kesehatan kanker di Indonesia.
Editor: Ranto Rajagukguk