Hanya 25% Karyawan Millennials yang Loyal dengan Kantornya

marketeers article
53957330 businessman having stress in the office

Riset Dale Carnegie Indonesia menyebut hanya 25% tenaga kerja millennials yang terlibat sepenuhnya dengan perusahaan tempat mereka bekerja. Padahal, peran millennials sebagai angkatan kerja utama di sebuah perusahaan justru semakin besar. Hal ini seiring dengan pensiunnya generasi Baby Boomers dan kenaikan jabatan generasi X.

Sudah menjadi rahasia umum bahwa generasi millennials segera menjadi angkatan kerja terbesar di Indonesia. Berdasarkan data BPS di tahun 2016, dari total jumlah angkatan kerja di Indonesia yang mencapai 160 juta, hampir 40% di antaranya tergolong millennials – sebesar 62,5 juta. Terbanyak kedua setelah generasi X yang mencapai 69 juta, dan jauh di atas generasi Baby Boomers yang hanya tersisa 28,7 juta.

Dalam survey “Employee Engagement Among Millennials” yang menyertakan 1.200 narasumber, Dale Carnegie ingin mengetahui tingkat keterlibatan karyawan/employee engagement di Tanah Air. Employee engagement merupakan komitmen karyawan, baik emosional maupun intelektual, untuk memberikan performa terbaiknya kepada perusahaan.

“Studi kami bahkan menunjukkan, 9% karyawan milenial menolak terlibat/disengaged dengan perusahaan. Lebih besar lagi, yakni 66%, tenaga kerja milenial cuma terlibat sebagian/partially-engaged. Tentunya mengkhawatirkan, sebab golongan ini bisa berpindah ke disengaged jika perusahaan tidak lekas mengambil langkah antisipasi,” ujar Joshua Siregar selaku Director National Marketing Dale Carnegie Indonesia.

Fakta mencengangkan lainnya adalah hanya satu di antara empat millennials yang engaged, dan 64%  terlibat sepenuhnya pasti akan bertahan setidaknya setahun ke depan. Sebaliknya, 60% millennials berencana mengundurkan diri apabila merasa disengaged dengan perusahaan yang sekarang mereka tempati. Karyawan yang engaged cenderung loyal dan bersedia bertahan dalam jangka waktu yang panjang. Tidak hanya bertahan, tetapi juga berkontribusi pada keuntungan perusahaan, dan bekerja secara produktif dan berkualitas.

Sementara, mereka yang partially-engaged lebih fokus pada pengerjaan tugas, alias yang penting selesai. Selain itu, mereka ini hanya berorientasi pada gaji saja, atau “gw kerjain, gw digaji, gw pulang”. Kategori disengaged lebih berbahaya lagi karena menyebarkan pengaruh negatif, menampakkan ketidakpercayaan dan permusuhan, sudi menyabotase pekerjaan bahkan kemajuan perusahaan.

Kesiapan perusahaan untuk menyambut tenaga millennials sangat krusial untuk menentukan keberlangsungan usaha. Pembentukan budaya baru yang membuat para milenial ‘feel at home’ sehingga mau terlibat menjadi keharusan. Tenaga kerja millennials memiliki harapan bagi tempat kerja mereka. Mereka berharap bisa mendapatkan perasaan terjamin dari perusahaan, perusahaan mengapresiasi karyawan, perusahaan menawarkan gaji yang kompetitif, mendapatkan keseimbangan waktu bekerja dan kehidupan pribadi, supervisor berkomunikasi secara terbuka dan jujur.

Riset Dale Carnegie mengerucutkan menjadi tiga pendorong kunci untuk memaksimalkan employee engagement di kalangan millennials, yaitu keselarasan nilai, penghargaan dan pengakuan yang adil, dan komunikasi yang transparan.

Melalui riset Dale Carnegie Survey 2017 on Corporate Culture,  mendapatkan bahwa kultur perusahaan memberi dampak besar pada employee engagement dan kinerja karyawan. Kultur yang memberikan dampak berfokus pada penyediaan pelatihan karyawan, pembentukan kepercayaan kepada eksekutif puncak, penguatan hubungan antara karyawan dan manajer, penyusunan proses dan prosedur yang mendukung.

Dari dua riset yang ditemukan oleh Dale Carnegie, terdapat dua kunci untuk membuat millennials menjadi betah, yakni komunikasi lintas generasi angkatan kerja, dan pelatihan dan pengembangan, khususnya dalam bentuk program pendampingan.

“Inilah yang harus berani diterapkan oleh perusahaan demi beradaptasi dengan pergantian generasi kerja sehingga kelak bisa menyerahkan posisi strategis dan tampuk kepemimpinan kepada angkatan milenial. Dengan masuknya millennials sebagai angkatan kerja, perusahaan harus mau dan mampu membangun budaya baru untuk membuat mereka merasa terlibat, atau feel at home,” tutup Joshua.

Related