Industri kreatif termasuk di dalamnya industri kreatif digital merupakan salah satu tulang punggung pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Namun, ekosistem digital di Indonesia masih perlu disempurnakan. Melihat keadaan tersebut, PT Telkom Indonesia Tbk berkolaborasi dengan berbagai pihak. Di Telkom sendiri, model kolaborasi tersebut dikenal dengan quad-helix ABG-C, yakni Academic, Business, Government dan Community. Intinya, Telkom menggandeng kalangan akademisi, bisnis, pemerintah, dan komunitas dalam mengembangkan industri digital di Indonesia.
Salah satu bentuk kolaborasi tersebut adalah Program Indigo. Dulu, program ini merupakan penghargaan bertajuk “Indigo Fellowship.” Kini, program ini bermetamorfosis menjadi dua macam bentuk, yakni ada “Indigo Incubator” yang ditujukan untuk startup digital baru dan “Indigo Accelerator” yang ditujukan untuk startup digital yang siap untuk ekspansi pasar.
“Dalam program Indigo Incubator, Telkom memberi kesempatan para startup digital untuk merealisasikan karya kreatif mereka, baik yang masih dalam bentuk ide, produk yang sudah memiliki pengguna, maupun bisnis yang sudah mendatangkan pendapatan,” ujar Indra Purnama, Direktur Eksekutif Bandung Digital Valley (BDV) dalam Marketeers WOW Talk di studio Marketeers Radio, Bandung, Rabu (18/3/2015).
Bekerja sama dengan MIKTI (Masyarakat Industri Kreatif TIK Indonesia), tahun ini Program Indigo Incubator mengusung tema “Building Strong Indonesia’s Digitalpreneur with Silicon Valley Mindset” yang mana startup digital yang terpilih akan mendapat dukungan inkubasi selama tujuh bulan.
Indra mengatakan, periode tujuh bulan tersebut terdiri dari tiga fase. Pertama, fase idea validation, di mana ide value proposal mereka akan dinilai secara teknis dan juga secara bisnis. Kedua, product validation. Dalam fase ini, mereka harus membuat versi awal dari produk yang sudah terbukti disukai pelanggan. Ketiga, fase business validation. Di sini, mereka harus membuktikan ada pelanggan yang bersedia membeli produk yang mereka buat. “Masing-masing fase tersebut memiliki jangka waktu tiga bulan,” jelas Indra.
Selain dukungan inkubasi, para startup digital juga mendapatkan berbagai fasilitas, seperti akses pasar melalui kanal pemasaran Telkom, pendanaan sejumlah Rp 250 juta per startup, dan pendampingan (coaching) secara teknis oleh para mentor. Para mentor dikategorikan menjadi tiga jenis. Pertama, resident mentor yang merupakan mentor internal dari Bandung Digital Valley. Kedua, visiting mentor yang merupakan mentor yang sudah sukses dalam industri digital. Ketiga, global mentor yang merupakan mentor global, seperti dari Silicon Valley.
Setelah melewati tahap inkubasi, startup digital yang berhasil lolos akan masuk pada tahap akselerasi yang dinamakan sebagai Program Indigo Accelerator. Pada tahapan ini, startup yang memiliki prospek bisnis yang sangat baik akan diberi pendanaan lanjutan hingga Rp 2 miliar. “Selain pendanaan, kami juga memberikan fasilitas kerja yang nyaman dan dinamis di tiga kota besar, seperti Bandung Digital Valley, Jogja Digital Valley, dan Jakarta Digital Valley,” ujar Indra.
Fasilitas yang diberikan pun lengkap dengan akses ke berbagai platform digital Telkom Group, yang akan mendukung proses pengembangan aplikasi dan kualitas produk digital, seperti Payment Gateway, Cloud Services & Big Data. Terdapat enam kategori produk yang dapat dipilih oleh para startup digital, yaitu City & Goverment Solution, Business Solution, Home Solution, Commerce, Personal Apps, dan Social Media & Community. Indra menambahkan, para startup akan memiliki akses langsung terhadap customer base Telkom Group yang berjumlah 150 juta pelanggan lebih, baik pelanggan fixed line maupun mobile.
Selain itu juga, para startup digital dapat bekerja sama dengan seluruh perusahaan di Telkom Group. Bahkan, memiliki peluang untuk memasuki pasar global melalui representative Telkom Group International Office di 10 negara. “Sungguh merupakan kesempatan besar bagi para startup digital untuk tumbuh menjadi perusahaan global bersama Telkom Group,” kata Indra.
Sosialisasi Program Indigo sendiri telah dilaksanakan dengan bentuk roadshow ke delapan kota, yaitu Jakarta, Bogor, Medan, Surabaya, Malang, Denpasar, Makassar dan Balikpapan. “Di Bandung sendiri diselenggarakan di Bandung Digital Valley pada 27 Februari 2015. Pada tahapan sosialisasi ini saja kami sudah bisa mendapat 400 lebih proposal bisnis dan hanya 20 proposal dengan ide terbaik yang kami pilih,” ujar Johannes Adi Purnama, Manager Innovation & Entrepreneurship Bandung Digital Valley.
“Startup yang kami pilih adalah mereka yang tak gampang menyerah. Fase pemilihan program ini sangat ketat. Mereka harus mencapai matrix target tertentu. Jadi, yang kami pilih ialah yang memiliki sifat persistence, tak gampang menyerah, mau menerima masukkan dari mentor, dan mengetahui apa yang diinginkan oleh customer,” tambah Johannes.
Untuk mendukung startup yang tertarik mengikuti program Indigo Incubator 2015, MIKTI akan menyelenggarakan program pra-inkubasi yang dapat diikuti oleh seluruh insan digital di Indonesia. Selain diselenggarakan di Bandung Digital Valley dan Jogja Digital Valley selama April 2015 mendatang, program prainkubasi juga akan diselenggarakan di delapan kota lainnya di minggu kedua April 2015 dengan melakukan pendaftaran secara online di www.indigoincubator.com sebelum 31 Maret 2015.
“Mungkin belum semua orang menyadari peluang besar di bisnis digital ini. Kami sangat menyarankan pemasar-pemasar di luar sana untuk mulai menganalisis peluang-peluang yang ada di industri ini. Di Indonesia, ekosistem digitalnya sudah mendekati sempurna. Ventures capital dan inkubator bisnis sudah banyak bermunculan. Permasalahannya hanya apakah kita memiliki ide yang bagus atau tidak untuk berani direalisasikan,” pungkas Indra.