Katadata Insight Center: Transaksi E-commerce Didominasi Laki-Laki

marketeers article
Sumber: 123RF

E-commerce semakin berkembang selama beberapa tahun terakhir. Saat ini, belanja online sudah menjadi hal yang normal bagi masyarakat Indonesia. 

Ditambah, dengan banyaknya pemain e-commerce yang makin memudahkan masyarakat dalam berbelanja kebutuhan sehari-hari. Melihat hal tersebut, Katadata Insight Center 2022 pun meluncurkan report yang meneliti bagaimana perilaku konsumen online Indonesia yang berjudul Indonesian E-commerce Consumer Behaviour sepanjang tahun 2021.

Riset ini melibatkan 16 juta sampel transaksi e-commerce yang berasal dari 1,5 juta pengguna Kredivo dan terjadi di lima marketplace terbesar di Indonesia. Hasil riset Katadata menunjukkan proporsi jumlah transaksi konsumen laki-laki lebih tinggi daripada perempuan. 

Dominasi laki-laki tercatat 62%, sementara perempuan hanya sebanyak 38%. Menariknya, ternyata laki-laki juga mengeluarkan uang lebih banyak daripada perempuan dalam bertransaksi di e-commerce.

“Rata-rata nilai transaksi berdasarkan gender juga masih lebih tinggi laki-laki. Tahun 2020 kami juga sudah pernah melakukan riset yang sama, dan kami melihat memang trennya mengalami peningkatan, dengan rata-rata nilai transaksi di tahun 2021 oleh laki-laki sebanyak Rp 289.163 dan perempuan sebanyak Rp 258.116,” kata Adek Roza, Vice President of Katadata Insight Center pada sesi Marketeers Insight dalam acara MClub, Rabu (24/08/2022).

Adek turut menjelaskan jumlah transaksi konsumen berumur di atas 35 tahun meningkat sepanjang tahun 2021, dibandingkan tahun sebelumnya. Menariknya, bagi konsumen yang bertransaksi dua kali atau lebih, proporsi pilihan marketplace-nya relatif berimbang antara satu marketplace atau lebih.

“Semakin tinggi usia pengguna atau user, maka loyalitas mereka terhadap satu marketplace semakin menurun, dibandingkan kelompok usia di bawahnya. Jadi, meskipun mereka memiliki marketplace andalan, tetapi mereka akan mencoba marketplace lainnya,” ujar Adek.

Sementara itu, berdasarkan kategori produk, pulsa dan voucher menjadi kategori yang paling banyak jumlah transaksinya, yakni 23,4% pada tahun 2021. Lalu, dilanjut dengan kategori fesyen dan aksesorisnya sebanyak 17,3% serta kesehatan dan kecantikan sebanyak 13,9%.

“Menariknya, kategori pulsa dan voucher meningkat sangat signifikan, dari 13,9% di tahun 2020, menjadi 23,4% tahun 2021. Hal ini disebabkan oleh banyaknya pembatasan akibat pandemi COVID-19 di tahun tersebut yang kemudian mendorong peningkatan transaksi pulsa dan voucher,” ujar Adek.

Kemudian, riset menunjukkan rata-rata nilai transaksi untuk sebagian besar kategori produk meningkat, dengan laki-laki cenderung menghabiskan uang lebih banyak untuk kategori olahraga, mainan, hobi, serta peralatan kantor dan belajar. Sementara itu, perempuan lebih tinggi di kategori komputer, gadget, dan elektronik.

“Berdasarkan kelompok umur, konsumen yang umurnya lebih muda memiliki rata-rata nilai transaksi lebih tinggi untuk kategori gadget, komputer dan elektronik. Kami menganalisis secara psikologis bahwa ada kecenderungan kelompok usia muda selalu ingin upgrade gadget mereka. Sementara kelompok usia di atasnya merasa yang penting masih ada fungsi dan masih bisa dipakai. Tentu saja, nilai transaksi ini sesuai dengan pendapatan dari konsumen itu sendiri,” ucap Adek.

Selanjutnya, mengenai tren belanja sepanjang tahun 2021, Adek menjelaskan tren belanja online di penghujung tahun atau kuartal empat makin tinggi. Selain itu, festival belanja online nasional masih ampuh dalam memicu kenaikan volume transaksi e-commerce.

“Tanggal cantik masih menjadi ajang bagi e-commerce untuk memberikan promo. Di tanggal tersebut, terlihat bahwa transaksi dapat meningkat hampir dua kali lipat. Meskipun begitu, ada penurunan dari tahun sebelumnya yang bisa mencapai dua sampai tiga kali lipat. Berdasarkan analisis Katadata, memang sudah terjadi normalisasi belanja online di Indonesia,” tutur Adek.

Katadata turut melakukan riset mengenai cara pengguna membayar atau menyelesaikan transaksi. Hasil riset menunjukkan penggunaan Pay Later kian populer. Lebih dari 50% konsumen telah menggunakan Pay Later selama lebih dari satu tahun. 

Metode ini menjadi yang paling diandalkan setelah e-wallet dan transfer bank selama setahun terakhir.

E-wallet masih tertinggi untuk metode pembayaran yang paling sering digunakan di ­e-commerce, yakni sebanyak 53%. Dilanjut dengan transfer bank sebanyak 20% dan PayLater sebanyak 17% sepanjang tahun 2021. Sementara teknologi mendisrupsi bisnis konvensional. Jadi, kartu debit dan kredit semakin menurun,” kata Adek.

Editor: Ranto Rajagukguk

Related