Kebocoran Data Akibat Kelalaian Pegawai Capai 25% di Asia Pasifik
Kebocoran data sistem internal yang disebabkan kelalaian karyawan mencapai 25% menurut responden survei Kaspersky IT Security Economics dari Asia Pasifik (APAC). Riset global Kaspersky, yang dilakukan di antara 834 pembuat keputusan TI dari Asia Pasifik, menunjukkan bahwa kehilangan atau tereksposnya informasi perusahaan dan pelanggan akibat pelanggaran data merupakan masalah besar bagi perusahaan.
59% responden dari berbagai ukuran menyatakan masalah perlindungan data merupakan aspek paling menantang yang terkait dengan keamanan TI. Selain itu, masalah lain yang juga menjadi perhatian adalah biaya untuk mengamankan ruang lingkup teknologi yang semakin kompleks, dan masalah pengadopsian infrastruktur cloud dengan persentase masing-masing 50% dan 44%.
BACA JUGA: Kaspersky: 3 dari 5 Bisnis di Asia Tenggara Jadi Korban Ransomware
“Keunikan infrastruktur TI di Asia Pasifik ditonjolkan oleh survei terbaru ini. Secara global, mengidentifikasi kerentanan dalam sistem TI internal merupakan salah satu dari tiga perhatian utama para pembuat keputusan,” kata Chris Connell, Managing Director Asia Pasifik Kaspersky dalam keterangannya, Sabtu (25/2/2023).
Karena kompleksnya masalah IT yang dihadapi perusahaan, tak jarang perusahaan menyewa pihak ketiga, atau melakukan outsourcing. Menyerahkan hal ini kepada pihak ketiga tentunya akan memangkas lebih banyak anggaran. Sayangnya, tidak semua pihak ketiga memiliki profesionalitas yang mumpuni dalam pengelolaan keamanan data kliennya.
“Di Asia Pasifik, kami melihat bahwa insiden yang ditimbulkan oleh pihak ketiga sebenarnya adalah yang paling memprihatinkan bagi eksekutif lokal. Hal ini didorong oleh integrasi bisnis di wilayah ini dan kami melihat outsourcing hingga layanan terkelola terus disukai karena efisiensi dan peluang penghematan biaya yang dihadirkan,” lanjutnya.
BACA JUGA: Marak Situs Web Donasi Palsu, Kaspersky Imbau Masyarakat Kian Waspada
Mengingat bahwa perlindungan data telah berubah menjadi masalah keamanan di sektor bisnis yang paling mengkhawatirkan, perusahaan sekarang sangat mementingkan kebijakan transparansi pemasok dan kontraktor mereka. Dari hampir semua yang ditanyai (98%), responden di Asia Pasifik menganggap bahwa dengan atau tidak adanya kebijakan transparansi, berbisnis dengan pemasok atau kontraktor tetap penting.
“Saat ini, kami melihat organisasi semakin berhati-hati dalam hal keamanan data dan pendekatan yang bertanggung jawab terhadap manajemen data menjadi penting saat mempertimbangkan pemasok dan kontraktor,” katanya.
Editor: Muhammad Perkasa Al Hafiz