PermataBank melaporkan setiap tahun rata-rata peningkatan harga rumah mencapai 6% hingga 20%. Hal ini disebabkan lantaran meningkatnya kebutuhan rumah masyarakat dan menipisnya pasokan yang tersedia, terutama di kawasan-kawasan strategis.
Rosalia Abadi, Division Head of Secure Lending (Mortgage & ICF) PermataBank mengatakan terus meningkatnya harga rumah membuat sebagian besar masyarakat kesulitan mendapatkan hunian yang layak. Dengan demikian, solusi terbaik saat ini untuk bisa mendapatkan rumah, yakni melalui kredit pemilikan rumah (KPR).
“Tren kenaikan harga properti di Indonesia yang rata-rata di atas 6% atau bahkan bisa mencapai 20% pada kawasan tertentu, tentu saja menjadikan KPR sebagai pilihan yang paling rasional. Kami sebagai bank yang senantiasa mendengarkan kebutuhan nasabah dan mendorong untuk selalu menghadirkan solusi bagi impian dan gaya hidup nasabah yang lebih baik, khususnya di ranah KPR,” ujar Rosalia melalui keterangannya, dikutip Selasa (11/10/2022).
Menurutnya, sebagai salah satu pilihan utama dalam membeli rumah atau properti, KPR merupakan pilihan favorit masyarakat Indonesia. Berdasarkan data Bank Indonesia (BI) tahun 2022, dari sisi konsumen, pembiayaan perbankan dengan fasilitas KPR masih menjadi pilihan utama dalam pembelian properti residensial dengan pangsa sebesar 69,54% dari total pembiayaan.
Secara keseluruhan, penyaluran KPR dan kredit pemilikan apartemen (KPA) tumbuh 10,61% pada kuartal I tahun 2022 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy). Tren ini meningkat sejak kuartal IV tahun 2020.
Rosalia bilang kebutuhan akan hunian dan properti yang makin meningkat mendorong PermataBank untuk terus memberikan layanan dan produk yang relevan dan efisien.
“Kami akan selalu memastikan proses pengajuan KPR berjalan aman sesuai dengan regulasi dan persyaratan yang diterapkan, sehingga Anda bisa menikmati hunian dengan nyaman. Selain itu, PermataBank juga bekerja sama dengan rekanan developer terkemuka di Indonesia, sehingga program KPR dari kami semakin terpercaya,” ujarnya.
Sebagai informasi, meningkatnya kebutuhan rumah tercermin dari data Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) yang menyebut hingga saat ini masih ada 12,7 juta masyarakat rumah tangga yang belum bisa mendapatkan rumah layak huni (backlog). Hal tersebut merupakan masalah yang terjadi sejak beberapa tahun lalu.
Penyebabnya, harga rumah yang terus melambung tak diikuti dengan peningkatan pendapatan yang seimbang untuk membayarkan cicilan. Kementerian PUPR memprediksi melonjaknya harga rumah terus terjadi dalam beberapa waktu ke depan.
Pasalnya, ekonomi masih terus menunjukkan ketidakpastian. Usai dihantam pandemi COVID-19, ekonomi kembali dihantam berbagai krisis seperti naiknya suku bunga acuan, inflasi, dan krisis energi akibat perang Rusia dan Ukraina.
Editor: Ranto Rajagukguk