Kejar Target Iklim, ASEAN Butuh Investasi US$ 190 Miliar

marketeers article
Ilustrasi perubahan iklim. (FOTO: 123rf)

Badan Energi Internasional (International Energy Agency/IEA) memperkirakan kawasan Asia Tenggara (ASEAN) membutuhkan investasi sebesar US$ 190 miliar atau setara Rp 2.955,8 triliun (kurs Rp 15.556 per US$) untuk mengejar target-target iklimnya pada tahun 2035.

Jumlah tersebut lima kali lebih banyak dibandingkan investasi saat ini. Fatih Birol, Direktur Eksekutif IEA menjelaskan peningkatan investasi tersebut harus dibarengi dengan pengurangan penggunaan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara.

Sebab, ekspansi ekonomi yang cepat diperkirakan menimbulkan tantangan bagi keamanan energi dan tujuan-tujuan iklim.

BACA JUGA: RI Pensiunkan 13 PLTU Batu Bara, Bahlil Bakal Investasi Industri Baru

“Teknologi energi bersih tidak berkembang cukup cepat dan ketergantungan yang terus menerus pada impor bahan bakar fosil membuat negara-negara di kawasan ini sangat terekspos pada risiko-risiko di masa depan,” kata Fatih dilansir dari Reuters, Selasa (22/10/2024).

Menurutnya, dorongan untuk menutup pembangkit listrik tenaga batu bara di pasar-pasar negara berkembang, yang didukung oleh negara-negara Barat menghadapi penundaan setelah tenggat waktu pada bulan Juli berlalu tanpa kesepakatan tentang penutupan awal. Ini terjadi pada proyek percontohan di Indonesia.

BACA JUGA: Tekan Emisi PLTU dan PLTGU, PLN IP Pakai Teknologi ESP dan CEMS

Fatih bilang permintaan listrik di ASEAN diperkirakan tumbuh pada tingkat tahunan sebesar 4% pada tahun-tahun mendatang, dengan sumber-sumber energi bersih seperti angin dan matahari, di samping bioenergi modern dan tenaga panas bumi. Sumber daya tersebut diproyeksikan untuk memenuhi lebih dari sepertiga pertumbuhan permintaan energi di wilayah ini pada tahun 2035.

Kendati demikian, hal ini tidak akan cukup untuk mengendalikan emisi karbon dioksida (CO2) yang berhubungan dengan energi di kawasan tersebut. Diperkirakan emisi karbon meningkat sebesar 35% antara sekarang dan pertengahan abad ini.

Secara keseluruhan ASEAN hanya menarik 2% dari investasi energi bersih global meskipun menyumbang 6% dari produk domestik bruto (PDB) global atau sebesar 5% dari permintaan energi global dan menjadi rumah bagi 9% populasi dunia.

“Memperluas dan memodernisasi jaringan listrik di kawasan ini untuk mendukung pangsa energi terbarukan yang lebih besar akan membutuhkan investasi tahunan hingga dua kali lipat menjadi hampir US$ 30 miliar pada tahun 2035,” kata Fatih.

Editor: Ranto Rajagukguk

Related

award
SPSAwArDS