Kekuatan Branding di Balik Kemewahan Bisnis Perhiasan

marketeers article
20870725 ring in the box on wooden table

Perhiasan menjadi salah satu komoditas yang menarik di pasar Indonesia. Ada sejumlah daerah yang memiliki sentra bisnis di bidang ini. Sayangnya, banyak para pelaku yang belum bisa memainkan branding dengan baik. Padahal, Dirjen Industri Kecil dan Menengah (IKM) Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Gati Wibawaningsih mengatakan melalui penguatan branding, produk perhiasan Indonesia bisa berdaya saing global.

Perhiasan dikatakan Gati memiliki kontribusi yang cukup berarti bagi peningkatan nilai ekspor nasional. Pada 2017, Kemenperin mencatat ekspor perhiasan menyumbang US$ 2,7 miliar. Sementara hingga September 2018, nilai ekpor perhiasan telah mencapai US$ 1,4 miliar.

Sejumlah daerah di Indonesia bertumpu pada bisnis ini, sebut saja Jawa Timur (Jatim). Gubernur Jawa Timur Soekarwo menyampaikan, industri perhiasan merupakan salah satu sektor andalan dalam memacu perekonomian di Jawa Timur. Hingga September 2018, nilai ekspor perhiasan dan permata dari Jatim mencapai Rp 45 triliun.

19444575 – hands working on a gold and silver jewel

Industri perhiasan di Jatim juga mengalami pertumbuhan yang positif. Pada 2016 tercatat mengalami pertumbuhan 12 persen dan tahun 2018 diperkirakan masih berada di angka dua digit. “Tahun lalu, di Jatim hanya ada 11 industri perhiasan skala besar dan menengah, dan tahun ini menjadi 26 perusahaan. Sedangkan, yang skala kecil sebanyak 1.854 unit usaha,” ungkapnya.

Jumlah tersebut menandakan bahwa 50 persen industri perhiasan nasional ada di Jatim. “Setidaknya ada 11 kota/kabupaten yang berpotensi dalam pengembangan industri perhiasan dan aksesoris seperti Gresik, Surabaya, Sidoarjo, Malang, Lamongan, Pasuruan, Lumajang dan Pacitan,” imbuhnya. Bahkan, saat ini Jatim menjadi kawasan kumpulan emas terbesar di Asia Tenggara.

Sayangnya, persoalan branding yang belum kuat kerap menjadi kendala. “Kami memberikan tantangan kepada anggota Asosiasi Perhiasan Emas dan Permata Indonesia (APEPI) untuk secepatnya menciptakan branding perhiasan asli Indonesia yang lebih kompetitif di pasar internasional,” ungkap Gati di Jakarta, Sabtu (27/10/2018).

21383229 – beautiful woman wearing jewelry, very clean image with copy space

Guna menggenjot nilai ekspor perhiasan nasional, Kemenperin melakukan inisiasi dan koordinasi dengan pihak-pihak terkait agar produk perhiasan dari Indonesia tidak terkena tarif bea masuk di negara tujuan ekspor. Misalnya ke Turki dan Dubai sebagai negara yang potensial.

“Ekspor perhiasan kita memang banyak ke Dubai dan Turki, tetapi kita masih dikenakan tarif bea masuk ke sana sebesar 5 persen, sedangkan Singapura dikenakan bea masuk 0 persen ke Dubai,” ujar Gati. Ia mengatakan, Singapura bisa mendapatkan bea masuk 0 persen ke Dubai karena antara kedua negara memiliki perjanjian free trade agreement (FTA). Sementara Indonesia dengan Dubai belum ada FTA.

“Kami akan berbicara dengan Kementerian Keuangan dan Kementerian Perdagangan soal bea masuk tersebut. Kami berharap, dengan nanti adanya FTA, tarif bea masuk 0 persen itu bukan hanya berlaku untuk perhiasan, tetapi juga komoditas lain,” paparnya.

Gati berharap para pemain bisa lebih aware akan pentingnya membangun branding pada produk perhiasan. Bagaimana pun, cara ini dapat memperkuat brand perhiasan Indonesia di mata dunia.

Editor: Sigit Kurniawan

Related

award
SPSAwArDS