Sebagai sebuah komunitas negara-negara di Asia Tenggara, ASEAN saat ini menjadi sorotan dunia sebagai kekuatan yang pantas diperhitungkan. Bukan sekadar kekuatan ekonomi, tetapi juga kekuatan relasi antarnegara anggota ASEAN yang didirikan pada 8 Agustus 1967.
Menariknya komunitas ASEAN adalah ASEAN kawasan yang besar dan senantiasa bertumbuh, khususnya dari sisi ekonomi. Meskipun begitu, menurut Executive Director Center for Strategic and International Studies (CSIS) Indonesia Phillips Jusario Vermonte, walaupun terkenal solid dan damai. Selama 50 tahun berdiri, kawasan ASEAN tetap memiliki konflik regional sendiri.
Ia mencontohkan permasalahan di Myanmar, Thailand Selatan, Filipina Selatan, dan Indonesia sendiri. Merupakan contoh beragam konflik yang sampai saat ini masih memayungi kawasan regional Asean.
“Meskipun ada konflik di beberapa negara, namun tidak ada konflik yang membuat kawasan ASEAN ini luluh lantak lantaran perang. Andai pun ada gejolak biasanya terjadi di dalam negeri masing-masing negara ASEAN,” jelas Phillips.
Phillips juga menggarisbawahi tentang beragam kesepakatan yang telah disepakati oleh anggota ASEAN, baginya walaupun ada ratusan kesepakat namun dalam hal implementasi masih saja ada kendala yang menghambat. Salah satu yang ia sebutkan adalah terkait izin kerja di suatu negara.
Sebagai komunitas, ASEAN juga telah memainkan banyak peran dalam beragam permasalahan dunia. Salah satunya adalah terkait sengketa Laut China Selatan, ia menilai ASEAN telah memainkan perannya untuk turut berpartisipasi dalam menyelesaikan konflik yang ada.
“Pada akhirnya ini adalah masalah political willingness dan transparansi regulasi. Ini tugas kita bersama untuk berkerja demi kemajuan dan kemakmuran bersama,” pungkas Phillips.