Pelaku Usaha Kecil dan Menengah (UKM) menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia. Hal ini terlihat dari kontribusi UKM terhadap PDB yang berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) mencapai 61%. Sayangnya, kontribusi UKM terhadap ekspor nasional masih terhitung rendah, yakni 15.80%.
Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan RI Kasan Muhri mengatakan, ada sejumlah tantangan yang menghambat geliat positif ekspor UKM.
Mulai dari masalah kemasan produk, keterbatasan kapasitas produksi, modal, standarisasi kualitas produk, hingga pemasaran.
“Kemasan dan kualitas produk memegang peranan penting. Harus ada kesinambungan antara kemasan dengan kualitas produk yang sama-sama bagus. Ini menjadi salah satu faktor utama yang membuat suatu produk ditolak atau diterima,” jelas Kasan Muhri dalam gelaran Government Roundtable Series 5: UKM Digital-Masa Depan Keberlanjutan yang diadakan secara virtual oleh MarkPlus, Inc., di Jakarta, Senin (29/06/2020).
Solusi pun ditawarkan oleh Kementerian Perdagangan (Kemendag) melalui Indonesia Design Development Center (IDDC). Ini merupakan platform bagi pelaku usaha, asosiasi, desainer, dan akademisi untuk menciptakan produk yang berkualitas dan berdaya saing.
Terdapat tiga layanan yang bisa diperoleh melalui IDDC, yakni fasilitas desain, konsultasi desain, dan promosi desain.
Sementara, untuk menjawab tantangan di bidang kualitas produk maka dilakukan program sertifikasi. Untuk tantangan pemasaran, Kemendag menghadirkan layanan satu atap, InaExport.id.
“Melalui InaExport.id, para pelaku UKM yang terdaftar sebagai anggota dapat mengakses berbagai layanan. Mereka bisa mempromosikan produk-produk unggulan melalui katalog produk InaExport, memperoleh informasi inquiry maupun buyer yang tertarik, hingga melihat informasi pameran dan pelatihan ekspor,” terang Kasan.
Para pelaku UKM juga dapat melihat pemetaan produk yang sudak eksis di berbagai negara di dunia melalui laman ini. Termasuk, melihat peluang ekspor apa yang bisa diisi.
Upaya menggenjot ekspor UKM nasional juga dilakulan melalui program Export Coaching Program.
Skema kerja program ini adalah pendampingan bagi para pelaku usaha yang berorientasi ekspor selama satu tahun.
“Dari beberapa kasus yang telah kami temukan, UKM ternyata mampu memenuhi kebutuhan ekspor selagi dapat mengikuti standar dan mampu berkomitmen,” ujar Kasan.
Tercatat, Export Coaching Program telah menghasilkan 735 alumni sejak 2010 dengan 149 eksportir baru.