Kementerian Perdagangan (Kemendag) menyebut terdapat sejumlah faktor yang mendorong kenaikan harga kedelai nasional dalam periode dua pekan terakhir. Lonjakan nilai jual komoditas kedelai yang didatangkan secara impor dari sejumlah negara, terpengaruh adanya ketidakpastian cuaca, harga masukan produksi, hingga inflasi di sejumlah wilayah produsen.
Berbagai faktor tersebut memberi dampak pada kenaikan nilai jual kedelai Chigago Board of Trade (CBOT), yang jadi acuan harga importir komoditas tersebut di Tanah Air. Berdasarkan data CBOT sepanjang pekan kedua Februari 2022, harga kedelai menyentuh angka US$ 15,77 per bushels serta diperkirakan masih akan melonjak hingga Mei 2022 mendatang.
Terlepas adanya kenaikan harga kedelai nasional, Kemendag bersama sejumlah pihak memastikan kebutuhan konsumsi Tanah Air masih akan tercukupi. Hal itu disampaikan dalam konferensi pers virtual yang digelar Kemendag bersama Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo) dan Asosiasi Importir Kedelai Indonesia (Akindo) pada Jumat (11/2).
“Kemendag bersama seluruh pelaku usaha kedelai nasional akan terus berupaya menyediakan stok kedelai cukup, untuk memenuhi kebutuhan industri perajin tahu dan tempe menjelang puasa dan lebaran 2022. Pemerintah juga meminta dukungan importir kedelai untuk konsisten menjaga harga keekonomian kedelai impor tetap terjangkau di tingkat perajin tahu dan tempe,” kata Oke Nurwan, Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri.
Menurut data yang disampaikan Kemendag melalui keterangan resminya, harga kedelai nasional di tingkat importir berada dalam kisaran Rp 10.500 hingga Rp 11.500 per kilogram. Besaran tersebut akan ditinjau setiap bulannya oleh pihak importir, mengacu kepada nilai jual komoditas kedelai dunia seperti dicantumkan oleh CBOT.
Terlepas dari adanya dinamika kenaikan harga kedelai nasional, Akindo memastikan masih ada pasokan sebesar 300 ribu ton untuk mencukupi kebutuhan pengraijn hingga Maret 2022 mendatang. Angka tersebut mengacu pada ketersediaan kedelai pada awal Februari 2022 sebesar 160 ribu ton, serta tambahan pemasukan pada pertengahan bulan yang sama hingga 140 ribu ton.
Oke menambahkan Kemendag sudah membangun koordinasi dengan importir, demi memantau perkembangan kenaikan harga kedelai nasional. Hal tersebut diharapkan memberi kepastian kepada perajin tahu dan tempe yang membutuhkan komoditas kedelai, sekaligus menjaga situasi kondusif di tengah ketidak pastian harga jual tingkat dunia.
Editor: Eko Adiwaluyo