Kemenkominfo: Tahun Lalu Ada 7,4 Juta Pemilik Token Kripto di Indonesia
Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia (Kemenkominfo) melalui Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi tengah mengedukasi masyarakat seputar teknologi digital, termasuk seputar token kripto. Baru-baru ini, kementerian memperkenalkan seri webinarnya yang memuat berbagai pengetahuan tentang NFT dan blockchain.
Diluncurkan sebagai bagian dari kampanye #MakinCakapDigital, program ini bertujuan untuk mengedukasi publik, khususnya dalam merespons lonjakan minat terhadap, token kripto, cryptocurrency dan blockchain di kalangan anak muda Indonesia dalam beberapa tahun terakhir ini.
Bertajuk “Obral Obrol liTerasi Digital (OOTD)”, program ini ditayangkan perdana di YouTube pada 17 Februari dengan topik “Mengenal Dunia NFT dan Blockchain.” Pembicara yang hadir antara lain Syammas P. Sarbini dari Komunitas NFT Indonesia, Bhredipta Socarana dari Youth IGF (forum tata kelola Internet), dan kolektor NFT Indonesia Dennis Adhiswara.
Seiring dengan pertumbuhan cryptocurrency yang berlangsung di seluruh dunia, Indonesia telah mengalami peningkatan yang signifikan khususnya dalam mengadopsi teknologi baru. Tahun lalu, sebuah laporan dari startup pendidikan blockchain Australia menempatkan Indonesia pada peringkat tertinggi dalam daftar negara dengan minat terbesar pada crypto. Menurut laporan tersebut, jumlah pencarian Google pada cryptocurrency, NFT, dan blockchain di Indonesia melonjak selama dua belas bulan terakhir dibandingkan dengan negara lain. Indonesia juga mengalami salah satu peningkatan tertinggi terkait keterlibatan dengan artikel seputar token kripto secara global.
Peningkatan ketertarikan ini dibuktikan lewat acara webinar tersebut juga. Pasalnya, ratusan peserta hadir secara live di YouTube, dan hingga hari ini ribuan orang telah menonton rekaman video webinar ini. Pada webinar tersebut, Syammas P. Sarbini dari Komunitas NFT Indonesia membuka diskusi dengan topik mengenai dasar-dasar NFT dan bagaimana pengaplikasiannya di dunia saat ini. Sementara itu, Bhredipta Socarana dari Indonesian Youth IGF berbicara tentang literasi digital seputar sistem blockchain, implementasinya, serta sejauh mana pengguna di Indonesia paham mengenai manfaat dan potensinya.
Pada tahun 2021, tercatat lebih dari 7,4 juta pemilik token kripto yang ada di Indonesia, atau meningkat 85% dibandingkan tahun 2020. Pada awal tahun ini, Indonesia juga menjadi sorotan global awal setelah seorang mahasiswa, Sultan Gustaf Al Ghozali, berhasil menjual swafoto dirinya dalam bentuk NFT “Ghozali Everyday” dan meraup untung hingga US$ 1 juta.
Namun Syammas P. Sarbini mengingatkan masyarakat agar tidak terburu-buru dalam berinvestasi. “Ghozali Everyday adalah anomali. Siapa pun yang ingin menjelajahi dunia NFT dan blockchain perlu fokus pada komunitas dan pertumbuhan, bukan pada menghasilkan uang dengan mudah,” ujarnya selama webinar saat menyoroti pentingnya memahami platform, baik risiko maupun peluang, dibandingkan hanya sekadar mengikuti arus.
Dennis Adhiswara, seorang tokoh masyarakat dan kolektor NFT, mengungkapkan pendapat serupa. Pada webinar tersebut, ia berbagi pengalamannya dalam memilih dan mengoleksi karya seni NFT.
“Nilai dan potensi nyata NFT terletak pada teknologinya. Masyarakat perlu memahami dan mengetahui seluk beluk teknologi yang mendukung, memahami tantangannya, dan melindungi diri dari penipuan,” ujar Dennis.
Untuk mengantisipasi risiko dalam berinvestasi NFT, pemerintah telah menjalankan berbagai program literasi digital untuk mengedukasi masyarakat Indonesia, khususnya terkait keamanan navigasi teknologi dan keterampilan digital yang diperlukan untuk dapat mengoptimalkan inovasi.