Kementerian Perindustrian (Kemenperin) melaporkan sepanjang tahun 2022 nilai ekspor produk furnitur Indonesia mencapai US$ 3,5 miliar atau setara Rp 53,8 triliun (kurs Rp 15.397 per US$). Adapun negara-negara tujuan ekspor utama di antaranya seperti Amerika Serikat (AS), Jepang, Belanda, Jerman, dan Inggris.
Reni Yanita, Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) Kemenperin mengatakan sebagian besar furnitur yang diekspor diproduksi oleh industri kecil dan menengah (IKM). Dia bilang proporsi nilai ekspor yang cukup signifikan dari industri ini menunjukan karakteristik sektornya berorientasi ekspor.
BACA JUGA: Naik 33%, Ekspor Furnitur Indonesia Tahun 2021 Tembus US$ 2,5 Miliar
“Kami berharap para pelaku IKM furnitur dan kerajinan dapat terus mengikuti tren pasar global serta aktif melakukan inovasi, dan yang penting juga tetap menjaga kelestarian lingkungan dalam rantai pasoknya. Kami optimistis Indonesia akan bisa menjadi trendsetter dalam pengembangan eco lifestyle furniture,” ujar Reni melalui keterangannya, Selasa (14/3/2023).
Menurutnya, iklim tropis di Indonesia menjadi potensi besar bagi pengembangan industri furnitur dan kerajinan. Pasalnya, Indonesia mempunyai kekuatan comparative advantage berupa melimpahnya bahan baku kayu beraneka jenis, kemudian bahan baku rotan dan bambu.
Melalui kekuatan dari ketersediaan bahan baku serta didukung dengan desain yang unik dan menarik, pemerintah optimistis produk furnitur Indonesia memiliki nilai tambah yang tinggi dan mampu berdaya saing global. Selain itu, juga perlu didukung dengan konsep berwawasan lingkungan.
BACA JUGA: Ekspor Furnitur Nasional Tembus US$ 1,69 Miliar
“Kami menjalankan beragam instrumen kebijakan dalam rangka mengembangkan industri furnitur dan kerajinan, antara lain fasilitas pusat logistik bahan baku, program revitalisasi mesin dan peralatan, serta fasilitas politeknik furnitur. Kami juga menjalankan program pengembangan desain furnitur, insentif tax holiday, tax allowance, serta super deduction tax untuk pengembangan dan vokasi. Ada pula penerapan SNI dan SKKNI serta penerbitan sertifikat TKDN,” ujarnya.
Reni meminta IKM furnitur dan kerajinan perlu terus menciptakan inovasi agar bisa bersaing dengan produk luar negeri. Sebab, melambatnya pertumbuhan ekonomi di negara-negara Eropa dan AS akan menjadi tantangan yang cukup berat bagi IKM furnitur dan kerajinan mengingat banyak negara-negara di kawasan itu yang merupakan negara importir furnitur dan kerajinan terbesar di dunia.
Dia meminta perajin furnitur dan kerajinan terus mengeksplorasi kekayaan budaya nasional dengan kemasan modern serta mengikuti tren pasar global. Inovasi dapat meningkatkan nilai tambah dan daya saing suatu produk, terutama karena industri furnitur dan kerajinan erat sekali kaitannya dengan gaya hidup (lifestyle).
“Adapun lima negara importir furnitur terbesar di dunia, yaitu Amerika Serikat, Jerman, Inggris, Prancis, dan Belanda dengan total nilai impor sebesar US$ 145,3 miliar. Pemerintah telah melakukan langkah-langkah antisipatif, yaitu dengan mengidentifikasi negara-negara nontradisional sebagai alternatif negara tujuan ekspor,” tuturnya.
Editor: Ranto Rajagukguk