Kesuksesan sebuah brand tidak hanya sebatas angka penjualan saja, namun juga citra produk yang melekat di konsumen. Di sinilah peran branding menjadi senjata utamanya.
Marthani, COO Marketeers menjelaskan di ilmu pemasaran, manajemen merek adalah salah satu dari tiga hal yang harus dikelola oleh merek. Menurutnya, produk tanpa merek akan dibanding-bandingkan oleh pelanggan dengan produk pesaing.
BACA JUGA: Getol Transformasi Digital, Universitas Pertamina Diganjar Penghargaan
Marthani kemudian memaparkan pentingnya memiliki merek dan perbedaan dengan pesaing. Pertama, untuk informasi.
“Merek ini adalah alat supaya kalian bisa menginformasikan ke pelanggan, kalian ini siapa. Kalian harus punya nama atau identitas agar pelanggan tahu dan agar lebih mudah mengkomunikasikan segala hal ke pelanggan,” kata Marthani dalam acara NGOPI (Ngobrol Pintar) UKM bertemakan Jurus Branding Tanpa Pusing, Kamis (10/10/2022).
BACA JUGA: Dorong Bisnis Berkelanjutan, Ini Pentingnya Diferensiasi untuk UKM
Kedua, untuk meningkatkan penjualan. Dalam hal ini, merek sebagai jaminan untuk pelanggan ketika membeli produk. Dengan adanya brand, mereka akan lebih mau untuk membeli dan merekomendasikannya ke orang lain.
“Sebuah produk atau brand yang dinilai kuat dan berhasil itu adalah merek yang direkomendasikan oleh satu pelanggan ke pelanggan lainnya. Berarti, merek tersebut berhasil menjaga loyalitas pelanggannya,” ujar Martha.
Menariknya, rekomendasi terkadang tidak hanya datang dari pelanggan saja, melainkan orang yang hanya sekadar membaca atau melihat review dari orang lain, atau media sosial. Maka dari itu, mengelola merek tidak cukup hanya memiliki merek, namun harus memahami cara merawatnya. Lantas, bagaimana caranya?
Pertama, komunikasikan proses internal yang lebih sehat dan aman. Di zaman yang sudah serbadigital ini, pelanggan lebih menuntut transparansi, apalagi kalau pembelian online.
Oleh sebab itu, penting bagi merek untuk mengomunikasikan proses bagaimana penjualan produk hingga sampai ke tangan pelanggan dan pelayanan-pelayanan yang ditawarkan.
“Komunikasi proses internal ini akan membuat adanya hubungan transparan antara pelanggan dan penjual. Kalau di pemasaran, ini namanya pelayanan. Dengan adanya komunikasi tersebut, pelanggan jadi mengetahui ekspektasi saat mereka membeli produk merek tersebut,” ucap Martha.
Kedua, mintalah testimoni dari pelanggan setia. Menurut Marthani, testimoni ini harus dikelola.
Sebab, testimoni dapat menjadi bentuk iklan yang paling dipercaya oleh calon pelanggan. Jadi, harus dikelola dan disimpan dengan baik agar bisa membawa produk brand tersebut direkomendasikan ke pelanggan lainnya.
Ketiga, promosikan voucher untuk pemakaian di masa depan. Marthani mengungkap strategi ini sebenarnya untuk menjaga pelanggan agar melakukan pembelian ulang, bahkan mendorong mereka untuk memesan dalam jumlah besar.
“Voucher ini dapat menjadi alat supaya pelanggan membeli produk lainnya yang mungkin belum mereka coba, bisa juga untuk meningkatkan nilai yang sebelumnya mereka beli. Selain itu, voucher juga dapat digunakan untuk menangani keluhan jika ada komplain terkait produk atau pelayanan,” tutur Marthani.
Keempat, tawarkan model pembelian pelanggan. Dengan model ini, merek bisa mendapatkan pembelian yang lebih rutin dari pelanggan dan bisa juga membuat brand tersebut menerima pembayaran di muka.
Terakhir, sebarkan konten digital berisi pesan positif dan kreatif. Bentuknya bisa bermacam-macam, mulai dari foto, kompetisi video pendek, atau testimoni pelanggan.
“Saat ini, terlalu banyak pesan-pesan negatif bermunculan di media sosial. Jadi, dengan merek Anda menampilkan pesan positif, bisa memberikan keuntungan, baik itu jangka pendek maupun panjang,” tutur Martha.
Editor: Ranto Rajagukguk