Perempuan pada hakikatnya akan mengalami fase berhenti datang bulan. Meski ini adalah hal yang lumrah, World Health Organization (WHO) dan International Menopause Society (IMS) mencetuskan Hari Menopause Sedunia setiap 18 Oktober.
Peringatan itu bertujuan untuk meningkatkan kesadaran soal kondisi menopause. Pasalnya, tak sedikit wanita lanjut usia menderita stres dan sakit yang lantas berujung pada penurunan kualitas hidup ketika berada di fase ini.
Bukan dugaan belaka, hal tersebut sudah dibuktikan langsung melalui sebuah studi yang dirilis di Eropa pada 2021. Riset ini menyatakan tingkat bunuh diri wanita menopause bertambah sebesar 6% selama 20 tahun terakhir.
BACA JUGA: Kenali Manfaat “No Bra Day” untuk Kesehatan
Karena itulah, Hari Menopause Sedunia hadir untuk memberikan dukungan kepada wanita menopause agar taraf hidupnya meningkat. Adapun salah satu cara memperingatinya adalah dengan mengenal gejala menopause itu sendiri.
Lantas, seperti apa gejala menopause dan adakah gangguan lain yang menyertai kondisi ini? Berikut ulasannya:
Gejala Menopause
National Health Service (NHS) menjelaskan menopause sendiri biasa terjadi pada wanita yang memasuki usia 45 hingga 55 tahun. Kendati begitu, tidak dapat dimungkiri, wanita berusia di bawah 40 tahun juga bisa mengalami kondisi yang disebut menopause dini.
Melansir menopause.org, berakhirnya siklus menstruasi ditandai dengan perubahan suasana hati, vagina mengering, gangguan tidur, serta perasaan hangat yang datang tiba-tiba secara intens di sekujur wajah, leher, dan dada.
Harvard Medical School bahkan mengatakan wanita menopause turut mengalami penurunan kemampuan kognitif, seperti melandainya kinerja memori, berkurangnya kecepatan otak dalam memperoleh informasi, dan menurunnya kemampuan verbal.
BACA JUGA: Belajar Menerapkan Stoikisme di Hari Kesehatan Mental Sedunia
Ketika kondisi ini terjadi, tidak menutup kemungkinan mereka juga mengidap gangguan lain. Salah satunya gangguan pada saluran kencing, seperti lebih sering buang air kecil atau nyeri ketika buang air kecil.
Gangguan ini muncul karena jaringan yang terdapat pada saluran kemih dan vagina menjadi lebih tipis dan tidak lagi elastis. Selain itu, kadar estrogen yang mulai mengalami penurunan akan membuat wanita menjadi lebih berisiko mengalami infeksi, tak terkecuali infeksi saluran kemih.
Untuk mengatasi gejala-gejala tersebut, ada beberapa hal yang bisa dilakukan. Di antaranya, hindari konsumsi makanan pedas, minuman atau makanan panas, minuman beralkohol, serta rutin olahraga ringan dan relaksasi.
Namun, jika gejala tersebut terasa sangat mengganggu, segera konsultasikan ke dokter. Semoga ulasan ini bermanfaat!
Editor: Ranto Rajagukguk