Kenapa Awal Ramadan Versi Pemerintah, NU, dan Muhammadiyah Bisa Berbeda?

awal ramadan
Ilustrasi (Foto: 123rf)

Umat Islam di Indonesia akan menyambut Ramadan pada akhir pekan ini, Jumat (28/2/2025). Pemerintah nantinya menggelar Sidang Isbat untuk menentukan awal puasa: apakah dimulai pada 1 Maret atau 2 Maret.

Bukan hanya pemerintah, organisasi Islam terbesar di Tanah Air, yakni Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah, juga mengikhbarkan awal Ramadan 1446 Hijriah. Hasilnya pun bisa berbeda, seperti yang pernah terjadi pada tahun 2022 lalu.

Kala itu, awal Ramadan 1443 Hijriah mengalami perbedaan. Sebagian umat mulai berpuasa pada Sabtu, 2 April 2022, sementara sebagian lainnya mengikuti keputusan pemerintah yang menetapkan awal puasa pada 3 April 2022.

BACA JUGA: Detoks Alami dengan Air Murni, Solusi Jaga Kesehatan Bebas Ribet

Situasi ini bukanlah hal baru dalam sejarah Islam dan sering terjadi karena perbedaan metode dalam menentukan awal bulan. Oleh karena itu, penting untuk memahami penyebabnya serta menyikapinya dengan bijak agar tidak menimbulkan perpecahan di tengah masyarakat.

Mengapa Awal Ramadan Bisa Berbeda?

Kementerian Agama RI dalam laman resminya di kemenag.go.id menjelaskan bahwa perbedaan dalam penentuan awal Ramadan terjadi karena adanya variasi dalam metode yang digunakan oleh berbagai organisasi Islam.

Secara umum, ada dua metode utama, yaitu hisab dan rukyat. Metode hisab, khususnya Wujudul Hilal, menggunakan perhitungan astronomi untuk menentukan posisi bulan baru. Jika hilal (bulan sabit pertama) sudah berada di atas ufuk, maka bulan baru dianggap telah dimulai, meskipun tidak terlihat dengan mata telanjang.

Di sisi lain, metode rukyat tak hanya mengandalkan perhitungan astronomi, melainkan juga observasi langsung terhadap hilal. Jika hilal tidak terlihat, maka bulan baru belum dianggap masuk, sehingga awal Ramadan bisa jatuh sehari lebih lambat.

BACA JUGA: Sambut Awal Tahun dengan Bacaan Doa yang Dianjurkan dalam Islam

Pemerintah Indonesia sendiri mengombinasikan kedua metode ini sesuai dengan fatwa MUI No. 2 Tahun 2004. Hasil perhitungan hisab digunakan sebagai informasi awal, namun keputusan akhirnya tetap bergantung pada hasil pengamatan hilal secara langsung melalui mekanisme Sidang Isbat.

Selain itu, pemerintah juga terus mensosialisasikan metode imkanur rukyah, yakni standar kemungkinan terlihatnya hilal, sebagai upaya mencari titik temu antara berbagai metode yang ada.

Perbedaan dalam menentukan awal Ramadan bukanlah sesuatu yang salah. Terkait versi mana yang harus diikuti, itu semua tergantung pada kepercayaan masing-masing.

Related

award
SPSAwArDS