Franchise atau waralaba dilihat sebagai bisnis dengan pertumbuhan siginifikan. Data International Franchise Attractiveness dari University of Hampshire Amerika Serikat memperlihatkan bisnis frachise di Indonesia memiliki potensi pasar kelima di dunia dari 131 negara. Indonesia juga berada di peringkat teratas terkait daya tarik bisnis franchise, sehingga peluang bisnis ini cukup menjanjikan.
“Franchise berbicara tentang perkembangan dan perluasan jangkuan bisnis. Bisnis ini bisa jadi pilihan untuk strategi baru dalam upaya pertumbuhan bisnis di tengah pandemi,” kata Eka Nilam Sari, Head of Strategic Merchant Acquisition ShopeePay.
Donny Pramono Ie, CEO & Founder Sour Sally Group setuju bahwa franchise merupakan pilihan bisnis yang memiliki peluang cukup besar. Pemilik bisnis dengan lebih dari 250 gerai franchise ini mengungkapkan bahwa melalui strategi franchise, bisnisnya bisa berkembang, bahkan berhasil mempenetrasi pasar hingga menjadi tren.
“Franchise mempermudah ekspansi bisnis dan menjangkau lebih banyak konsumen dengan waktu yang relatif singkat. Sour Sally sendiri mengalami tantangan berat sebelum memutuskan untuk memulai franchise,” kata Donny.
Setidaknya, ada tiga poin penting menurut Donny perlu diketahui pegiat usaha sebelum memulai franchise-nya.
Bisnis franchise memperluas jangkauan brand agar dekat dengan pelanggan.
Dalam poin ini, inovasi dan adaptasi produk franchise sangat perlu diperhatikan. Contohnya adalah bisnis McDonald’s yang memiliki menu signature di tiap negara franchise-nya. Dengan demikian, kehadiran produk tersebut relevan dengan konsumen di daerah ekspansi. Inovasi ini juga harus menyesuaikan dengan tren yang berjalan.
Perhatikan aspek modal, risiko, SDM, dan teknologi pendukung.
Menurut Donny, pada dasarnya memulai franchise memang tidak memerlukan modal besar. Namun, lebih baik untuk meminimalisir risiko dengan mengelola modal agar tidak terlalu banyak keluar ketika franchise baru dimulai. Selain itu, menjamin kemampuan SDM dan pemanfaatan teknologi seperti digital payment dan pengelolaan supply chain juga bisa menjadi langkah minimalisir risiko.
Bangun sistem pengelolaan franchise yang sederhana dan konsisten.
Permasalahan utama franchise adalah perbedaan kualitas antara cabang satu dan lainnya. Faktornya banyak, mulai dari standar pemilihan barang yang berbeda hingga standar produksi yang berbeda. Untuk itu, pelaku bisnis ini harus bisa mempertahankan konsistensi produknya. Dari sisi pemilik brand bisa memberikan standar produksi dan bahan yang ketat, sementara dari sisi franchise harus mengikuti syarat tersebut.
“Tren franchise saat ini salah satunya adaptasi teknologi digital mulai dari pembayaran, pengelolaan supply chain, hingga masuk ke kanal penjualan daring. Perkawinan strategi bisnis ini harusnya bisa lebih mendorong pelaku bisnis franchise untuk terus berjalan dan memperluas cakupan bisnisnya sembari beradaptasi dengan lanskap pasar,” tutup Lala.
Editor: Ramadhan Triwijanarko