Generasi millennial atau Gen Y merupakan generasi harapan. Bila melihat kondisi Gen Y saat ini, beberapa dari mereka sudah memulai kehidupan berkeluarga, dan sisanya masih dalam fase mencari pendamping hidup sembari membangun karir. Tentunya prioritas antara yang sudah berkeluarga dan melajang berbeda.
Gen Y yang sudah berkeluarga akan memiliki keinginan untuk memiliki quality dan quantity time bersama anak dan keluarga. Sementara yang masih melajang, kehidupan mereka tidak akan jauh berbeda dengan kalangan Gen Z.
“Pada dasarny Gen Y ini mereka mencoba mengikuti norma hidup normal yang ada. Berkeluarga, membeli rumah atau apartemen, menyicil kendaraan. Mereka sebenarnya saat ini sudah kebanyakan cicilan,” ujar Leonard Nugraha, Managing Director-Technology Consulting Lead Accenture Indonesia.
Karena beban hidup mereka secara finansial sudah berat, khususnya yang berkeluarga, membuat Gen Y bukanlah kelompok generasi yang loyal kepada brand. Dengan tingkat pendapatan yang belum terlalu mapan bila dibandingkan dengan Gen X.
Gen Y harus bisa memilah mana yang dirasa perlu dan mana yang tidak. Antara cicilan rumah dan kendaraan, antara kebutuhan popok anak atau kebutuhan futsal atau yoga sang orang tua. Buat yang masih melajang pun masih dipusingkan dengan anggaran biaya pernikahan.
“Mereka harus pintar-pintar memasukan dana mereka. Jadi brand-nya lebih kepada yang fungsional, semisal tisu, ya tisu saja tidak harus pakai brand tertentu,” tambah Leonard.
Ya, Gen Y memang tidak loyal kepada brand, tapi bukan berarti brand tidak bisa memanfaatkan kesempatan. Justru karena mereka tidak loyal, semua brand memiliki kesempatan yang sama dalam meraih target konsumen mereka.
Editor: Sigit kurniawan