Aspek visual merupakan salah satu aspek kunci dalam setiap aktivitas marketing. Dalam prinsip 5A, aware menjadi awal perjalanan konsumen dengan merek.
Artinya, supaya konsumen bisa aware, maka aktivasi marketing haruslah tampil semenarik mungkin. Elemen visual menjadi bagian yang penting dalam aktivasi marketing.
Karena impresi pertama konsumen biasanya dimulai dari apa yang mereka lihat terlebih dahulu. Iwan Setiawan, CEO Marketeers & MarkPlus, Inc. menjelaskan lebih lanjut mengapa visual memiliki peranan penting dalam aktivasi marketing yang ada.
Dalam beragam study case, Iwan mencontohkan bagaimana visual sudah membantu banyak merek besar dan kecil guna membuat aktivasinya menjadi menarik. Berikut merupakan sejumlah hal yang mengkungkap pentingnya aspep visual dalam marketing:
1. 80% Visual 10% Audio
Dari beragam riset yang sudah ada, otak manusia memiliki penyimpanan yang lebih besar untuk informasi yang berbentuk visual. Artinya, seseorang akan lebih mudah mengingat sesuatu yang memiliki gambar, bentuk, dan warna.
Selain gambar, satu elemen yang memiliki proporsi yang cukup besar di dalam otak manusia adalah suara atau audio. “Semua sinyal-sinyal itu baik bau, rasa, dan lain-lain itu dikirim ke otak manusia, tapi yang paling banyak dapat space di otak itu adalah yang visual. Prosinya, 80% visual, audio 10%,” kata Iwan dalam Nowfest yang digelar Oppal Media di Plaza Indonesia, Jumat (20/9/2024).
2. Membantu Brand Lebih Diingat
Logo membantu merek untuk memunculkan identitas merek dalam bentuk yang lebih mudah untuk diingat. Dalam implementasi yang optimal, tampilan visual logo dapat dimodifikasi dengan banyak elemen visual lainnya, dan konsumen masih akan mengingat sebuah merek tersebut.
Hal ini terjadi dalam logo Mastercard. Setelah melalui beberapa kali perombakan logo, Mastercard kini tampil dengan tampilan logo lingkaran merah dan lingkaran kuning.
BACA JUGA: Tempo Scan Dukung Bisnis UKM Lewat CSR NEO Pejuang Rejeki 2024
Dalam banyak iklan maupun aktivasi, logo Mastercard tak cuma muncul dalam bentuk lingkaran merah dan kuning saja.
Logo ini dimodifikasi dalam banyak hal seperti dua piring merah dan kuning untuk iklan Mastercard pada segmen kuliner, atau bola merah dan kuning untuk segmen hiburan dan olahraga.
“Pada akhirnya logo ini memberikan fleksibilitas kepada brand supaya makin lama makin mudah untuk muncul dalam format apapun untuk bisa diingat,” tutur Iwan.
3. Memberikan personality
Tampilan visual logo merek mencerminkan juga karakteristik dari sebuah merek tersebut. Terkadang, konsumen memilih sebuah merek karena tampilan visual logo sebuah merek mencerminkan karakter personal yang sama dengannya.
Inilah yang dilakukan Fanta setelah bertahun-tahun menggunakan logo yang sama. Beberapa tahun ke belakang Fanta memutuskan menghilangkan sejumlah elemen visual dari logonya.
Alih-alih membuat logo baru, Fanta memanfaatkan logo yang ada untuk dimodifikasi kembali pada tiap kemasan, sehingga menciptakan personality yang berbeda di tiap kemasannya.
“Mereka akhirnya bikin varian warna, jadi bukan hanya varian rasa. Sekalian memberikan kepribadian kepada merknya. Jadi tidak hanya supaya diingat, tapi diingat dengan kepribadian tertentu yang mudah-mudahan yang melihat itu akan bilang ‘ini brand gue’,”, kata Iwan.
4. Visual for Ambience
Visual dasarnya tak hanya gambar, bentuk, dan warna saja. Elemen visual membantu manusia untuk memicu memori yang ditangkap dari indra lainnya mulai dari penciuman, pengecapan, dan perasa.
Contohnya, orang sudah bisa menggambarkan rasa dan tesktur, ketika diberikan foto cabai.
BACA JUGA: Efisiensi, Perusahaan GE Akan Menjual Akademi Crotonville
Dalam menyugesti perilaku, bentuk dari sebuah objek juga akan menimbulkan perasaan tertentu bagi seseorang. Contohnya, orang akan merasa nyaman bekerja menggunakan komputer jinjing dengan meja yang berbentuk persegi.
Alasannya sederhana karena meja persegi memudahkan orang untuk menempatkan siku tangan di atas meja.
Bentuk visual dari sebuah objek tentu berbeda-beda untuk memunculkan rasa nyaman. Misal, untuk sekedar nongkrong, bentuk meja yang bundar akan membuat orang lebih nyaman, karena menurut studi meja bundar membuat orang tidak merasa kesepian meski hanya duduk sendirian.
Seperti yang dilakukan Starbucks, hampir bentuk meja di gerainya di seluruh dunia memiliki bentuk bundar. Selain mengakomodasi untuk konsumen lebih nyaman untuk nongkrong, meja yang bentuknya tidak nyaman untuk bekerja ini juga mencegah konsumen untuk berlama-lama seperti bekerja di gerai.
“Jadi visual itu tidak terbatas pada gambar atau video performance, tetapi juga bahkan pada material design, visual itu digunakan untuk bisnis, dan ini adalah komponen besar dari strategi mereka,” ucap Iwan.
5. Visual for Selling
Tampilan visual sejatinya digunakan untuk mendorong penjualan dalam bisnis. Seperti yang dilakukan Apple di setiap Apple Store, merek ini menata tiap produknya agar setiap konsumen lebih leluasa ketika menjajal produknya di dalam gerai.
Penataan ini dilakukan secara spesifik seperti jarak antara iPhone dengan iPhone yang lain diatur agar konsumen lebih lama dan nyaman dalam mencoba barangnya. Kemudian di setiap Macbook, laptop ini dibuka dengan sudut elevasi 76 derajat.
Alasannya agar tampilan layar Macbook tidak akan terlihat dari jauh, sehingga konsumen harus mendekat dan menjajal sendiri produknya.
Ini juga dilakukan untuk memicu kecenderungan psikologis konsumen yang biasanya akan membeli setelah mencoba barang.
“Makanya visual itu tidak hanya untuk konten, tidak hanya untuk seru-seruan, tapi sebenarnya punya misi bisnis yang cukup jelas,” pungkas Iwan.
Editor: Eric Iskandarsjah