Kerugian Akibat Manipulasi Iklan Diperkirakan Capai US$ 170 Miliar

marketeers article
Ilustrasi manipulasi iklan digital. Sumber gambar: 123rf.

Integral Ad Science (IAS), perusahaan verifikasi iklan digital asal Amerika Serikat (AS) mengeluarkan penelitian terbaru bertajuk Media Quality Report: 19th Edition. Dalam laporan tersebut, kerugian secara global yang ditimbulkan akibat manipulasi atau fraud pada iklan digital diperkirakan mencapai US$ 170 miliar atau setara Rp 2.606 triliun (kurs Rp 15.331 per US$) pada tahun 2028.

Arfitrianto Zulnaini, Country Head of Indonesia and Malaysia di IAS menjelaskan ada berbagai macam modus manipulasi iklan di Indonesia maupun secara global yang biasa dilakukan. Adapun modus itu di antaranya penipuan klik yang merupakan bot atau pelaku jahat menghasilkan klik palsu pada iklan dan penipuan tayangan, yaitu penayangan iklan palsu untuk meningkatkan angka laporan iklan.

BACA JUGA: Transformasi Digital dan Dampaknya pada Iklan Digital

“Penipuan iklan tidak akan pernah bisa dihilangkan seluruhnya, namun teknologi kualitas media memainkan peran penting dalam memitigasi dampaknya. Menurut laporan kami, kampanye yang dioptimalkan di Indonesia menggunakan solusi pencegahan penipuan iklan mempunyai tingkat penipuan iklan sebesar 0,7%, dibandingkan dengan 14% pada kampanye yang tidak dioptimalkan menggunakan solusi pencegahan penipuan iklan,” kata Arfitrianto kepada Marketeers, Selasa (17/9/2024).

Menurutnya, pengiklan kehilangan miliaran dolar AS setiap tahun karena aktivitas penipuan, termasuk pengunjung situs nonmanusia, penipuan klik, dan penipuan tayangan. Bahkan, menurut laporan Juniper Research, sebesar US$ 84 miliar belanja iklan hilang karena penipuan iklan pada tahun 2023.

BACA JUGA: Relevansi Pesan Jadi Kekuatan Iklan Digital

Arfitrianto menyebut pada tahun tahun 2024 penipuan iklan akan terus terjadi di mana pun pembelanjaan iklan diarahkan. Skema penipuan akan terus berkembang, menggunakan taktik seperti bot-internet, geo-spoofing, cookie stuffing, dan deepfake untuk mengeksploitasi iklan digital.

Di Indonesia, penipuan iklan mempunyai dampak yang signifikan, menyebabkan pembelanjaan iklan yang sia-sia dan hasil kampanye yang terdistorsi sehingga melemahkan kepercayaan terhadap platform digital.

“Untuk mengatasi hal ini, pengiklan dan agensi semakin banyak berinvestasi dalam teknologi pengukuran dan pengoptimalan iklan. Mempertahankan strategi mitigasi penipuan iklan yang berkelanjutan sangat penting untuk melindungi integritas kampanye digital,” ujarnya.

Untuk mengatasi manipulasi iklan digital, kata Arfitrianto, dengan melakukan pemahaman semua pihak bahwa penipuan tidak akan pernah bisa dihilangkan sepenuhnya. Tanggung jawab untuk memberantasnya berada di seluruh elemen ad tech di industri periklanan.

Sistem kecerdasan buatan akan menjadi lebih canggih dalam mendeteksi penipuan, membantu pengiklan melindungi investasi mereka di media dan menjaga integritas periklanan digital. Kemudian kolaborasi antara pengiklan, penerbit, dan platform sangat penting dalam memerangi penipuan iklan secara efektif.

Dengan bekerja sama, industri ini dapat dengan cepat merespons ancaman, mengadvokasi tindakan peraturan dan hukum yang lebih kuat, dan menetapkan pedoman berbagi data yang ramah privasi. Standar terpadu dan upaya kolaboratif memperkuat langkah-langkah anti-penipuan, sehingga memberikan manfaat bagi seluruh ekosistem, termasuk pelaku industri skala kecil.

“Melalui tindakan kolektif ini, industri dapat melindungi integritasnya dan memastikan keberhasilan jangka panjang,” tutur Arfitrianto.

Editor: Ranto Rajagukguk

Related

award
SPSAwArDS