Ketergantungan Energi Fosil di Indonesia Masih Tinggi

marketeers article

Sebagai negara yang memiliki berbagai sumber energi alternatif terbarukan, Indonesia belum sepenuhnya memanfaatkan potensi yang ada. Padahal, pemanfaatan energi alternatif ini dapat mewujudkan ketahanan energi nasional. Hal ini disampaikan oleh Direktur Pendidikan dan Kemasyarakatan British Council, Teresa Birks di Yogyakarta, Kamis (22/10/15).

Berdasarkan data dari BPPT dalam Outlook Energi Indonesia 2014, ketergantungan terhadap energi fosil, terutama minyak bumi dalam pemenuhan konsumsi di dalam negeri masih tinggi. Yaitu sebesar 96%, yang mana minyak bumi sebesar 48%, gas 18%, dan batubara 30% dari total konsumsi energi nasional.

Keterbatasan sumber daya energi tersebut menyebabkan produksi energi fosil dan energi baru terbarukan Indonesia pada tahun 2033 diperkirakan belum mampu memenuhi konsumsi domestik. Ketergantungan impor energi yang tinggi dapat membahayakan ketahanan energi nasional. Sehingga, diversifikasi energi menjadi fakor penting dalam rangka mengamankan pasokan energi dalam negeri.

Sementara itu, upaya untuk memaksimalkan pemanfaatan energi terbarukan belum dapat berjalan sebagaimana yang direncanakan. “Untuk itu, perlu partisipasi aktif dari semua pihak untuk mendorong pemeratan akses terhadap energi alternatif terbarukan di seluruh wilayah Indonesia,” kata Birks.

Direktur Center for Sustainable Energy and Resources Management (CSERM) Universitas Nasional Jakarta Jito Sugardjita menambahkan, Indonesia perlu mengembangkan energi terbarukan yang tidak merusak lingkungan guna menunjang aspek keberlanjutannya. “Kebutuhan energi yang berkelanjutan menjadi sangat penting dengan kondisi demografi negara seperti Indonesia yang memiliki penduduk banyak dengan tingkat permintaan energi yang tinggi. Untuk itu, perlu ada political will dari pemerintah guna mengatasi berbagai tantangan di sektor tersebut,” kata Jito.

 

Editor: Hendra Soeprajitno

    Related

    award
    SPSAwArDS