Perusahaan kosmetik dan tanaman herbal PT Martina Berto Tbk menandatangani perjanjian kerja sama dengan Clariant, perusahaan di bidang manufaktur bahan kimia industri asal Swis. Kerja sama ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas produksi ekstrak tanaman herbal Indonesia sekaligus memasarkannya ke pasar dunia.
Dalam perjanjian tersebut, Clariant akan mendapatkan akses terhadap sejumlah tanaman herbal Nusantara yang dikembangkan oleh Martina Berto bekerja sama dengan para peniliti perguruan tinggi di bawah naungan Kementerian Riset & Dikti. Sebaliknya, anak usaha Martha Tilaar Group itu akan memperoeh akses untuk produk bahan baku kosmetik herbal di kancah global lewat bantuan jalur distrubusi Clariant yang tersebar di 50 negara.
Asal tahu saja, Clariant adalah perusahaan terbesar keempat dunia sebagai supplier kosmetik yang turut memasok bahan baku ke sejumlah perusahaan personal care besar di Eropa, Amerika, dan Asia. Adapun nantinya, Clariant juga dapat mengeksplorasi tanaman dan ganggang unik dari Indonesia untuk solusi kosmetika herbal global yang tengah menunjukkan pertumbuhan di sejumah kawasan dunia. Sehingga, produk ekstrak tanaman itu memang sesuai dengan kebutuhan pasar saat itu.
“Ini masih tahap awal, yang mana ekstrak tanaman herbal kami akan dipasarkan secara global lewat Clariant. Kapasitasnya masih belum dipastikan, yang jelas ini akan mendongkrak permintaan bahan baku berbahan alami asli Indonesia,” terang Kilala Tilaar, Corporate Director of Creative and Innovation PT Martina Berto Tbk kepada Marketeers, Senin, (1/9/2018).
Pada tahap pertama, Martina Berto mencoba menawarkan berbagai ekstrak tanaman obat dan kosmetik aromatik yang mereka kembangkan di Kampoeng Djamoe Organik, Cikarang, Jawa Barat. Adapun ekstrak alami yang akan diekspor antara lain ekstrak buah langsat, ekstrak bunga kembang sepat, cabai, kemanggi, jeruk perut, tebut, manggis, delima, dan java complex.
Kilala mengatakan, Indonesia memiliki keragaman hayati yang besar, namun sayangnya tumbuhan-tumbuhan asli Indonesia tidak begitu berkembang di pasar global. Padahal, tren kecantikan saat ini mengarah pada produk-produk yang lebih ramah lingkungan dan berbahan alami.
“Saat ini, 35% bahan baku industri kosmetik di Indonesia masih diimpor. Dengan kerja sama ini, kami berupaya untuk menekan impor sekaligus menggenjot ekspor ekstrak tumbuhan alam untuk bahan baku kosmetik,” papar dia
François Bleger, Head of Clariant Business Unit Industrial & Consumer Specialty Asia Pacific Region mengungkapkan, kerja sama dengan Martina berto erupakan agenda global perusahaan untuk berlolaborasi mencari ekstrak tumbuhan alami terbaik demi masa depan industri kecantikan.
Sebelumnya, perusahaan telah melakukan kerja sama serupa dengan perusahaan konsumer di berbagai negara, seperti Beraca asal Brazil dan BioSpectrum dari India. “Kami akan terus memperkuat positioning kami dalam hal bahan-bahan berkelanjutan yang mendorong inovasi berbisnis yang berbasis dari alam,” terang François.
Sayangnya, pria beraksen Prancis ini enggan menyebut nilai transaksi dagang yang berpotensi terjalin dari kerja sama tersebut. Ia pun juga menolak menyebut klien-klien internasional mereka yang memanfaatkan ekstrak alami. Akan tetapi, yang jelas. “Produk alami tengah menjadi tren global di dunia, khususnya di Eropa dan Amerika. Itu pasar potensi, termasuk juga asia,” paparnya,
Tren global
Berdasarkan laporan Ecovia Intelligence, tren kosmetik berbahan alami mulai diganderungi oleh perusahaan konsumer besar. Unilever membeli beberapa merek body care, di antaranya Sundial Brands, REN Skincare, dan Seventh Generation. Begitupun dengan rivalnya P&G yang mengakuisisi merek skin care natural Snowberry.
Laporan itu juga menyebut bahwa permintaan kosmetik berbahan alami di Asia sepanjang tahun lalu tumbuh 21%, termasuk tumbuhnya volume investasi dan ekspansi perusahaan kosmetik. China dan India menjadi dua pasar terbesar, di mana kosmetik asal Australia Jurlique bahkan memperoleh setengah pendapatannya dari pasar China.
François menambahkan, yang menjadi tantangan industri kosmetik alami adalah menyampaikan value proposition kepada konsumen yang kini memiliki banyak pilihan produk di pasar. “Lagi-lagi, konsumen menentukan masa depan industri komsetik berbahan alami. Pemegang merek mesti jeli menjadikan produk berbahan alami memiliki added value lebih tinggi ketimbang produk dengan bahan sintetis,” terang dia.
Alhasil, kerja sama ini dapat meningkatkan pamor Indonesia sebagai bagian penting dalam pertumbuhan industri kosmetik berbahan alami di dunia. Seperti yang dikatakan Kilala, “Singapura saja bisa megekspor bahan baku komsetik ke dunia. Kita punya banyak tanaman dan lahan, mengapa tidak bisa?” tegas dia.
Editor: Eko Adiwaluyo